budidaya, kelapa sawit, produksi kelapa sawit, jenis kelapa sawit, pertumbuhan kelapa sawit, permasalahan kelapa sawit, tanaman perkebunan

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi memerlukan persyaratan tumbuh. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan dan panen yang secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5 tahun.
Sejalan dengan peningkatan areal, maka untuk mendukung keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit diperlukan adanya penyediaan bibit yang bermutu. Bibit tersebut dapat diperoleh dari produsen yang ditunjuk oleh Pemerintah. Penggunaan bahan tanaman yang tidak jelas sumbernya bisa menyebabkan akan timbulnya kerugian bagi pemilik kebun, selain itu juga penanganan bibit dari pembibitan awal hingga ke pembibitan utama merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan selanjutnya.
Nama Dan Alamat Sumber Benih Yang ditunjuk Pemerintah yaitu :

 

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C.  Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %.  Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol.  Nilai pH yang optimum adalah  5,0–5,5.   Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o. 
Persyaratan

Kelas Kesesuaian Lahan
S1
S2
S3
N
Temperatur (oC)
25-28
22-25/
28-32
20-22/
32-35
< 20/
> 35
Curah hujan (mm)
1700-2500
1450-1700/ 2500-3500
1250-1450/
3500-4000
< 1250 / > 4000
Defisit air (mm/thn)
0 - 150
150 - 200
250 - 400
> 400
Hari terpanjang tidak hujan
< 10
< 10
< 10
> 10
Jeluk (cm)
>100
50-100
25-50
< 25
Lereng (%)
< 8
8-16
16-30
> 30
pH
5,0 – 6,5
4,2 – 5,0
< 4,2

Penyinaran (jam)
≥ 6
≥ 6
< 6
< 6
Kelembaban (%)
≥ 80
≥ 80
< 80
< 80
Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit


Persyaratan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1
S2
S3
N
Tinggi (m dpl)
0-400
0-400
0-400
0-400
Topografi
Datar-ombak
Datar-gelombang
berbukit
Curam
Lereng (%)
0-15
16-25
25-36
> 36
Solum (cm)
> 80
80
60-80
< 60
Dalam air (cm)
> 80
60-80
50-60
40-50
Tekstur
Lp-lpli
Lip-li
Plp-li
P
Organik (cm)
5-10
5-10
5-10
< 5
Batuan
dalam
dalam
dalam
dangkal
Erosi
t.a
t.a
t.a
sedikit
Drainase
baik
baik
Agak baik
Agak baik
Banjir
t.a
t.a
t.a
Sedikit
Pasang surut
t.a
t.a
t.a
ada
Keterangan: Li: liat, p: pasir, lp: lempung, t.a.: tidak ada
 IKLIM
1.      Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh ditempat berawa (swamps) di sepanjang bantaran sungai dan di tempat yang basah.
2.      Didalam hutan hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi.
3.      Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam perhari.
4.      Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin.
5.      Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman) yang cukup panjang.
6.      Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah.
7.      Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan temperatur 35ºC.
8.      Curah hujan tahunan antara 1.500-mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun.
MEDIA TANAM
1.      Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.
2.      Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu.
3.      Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.
4.      Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4-6.
1.      Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m dpl.
2.      Topografi datar dan berombak sampai bergelombang.
3.      Kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25%.
Pemeliharaan Tanaman
Kastrasi

            Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga dan buah pasir untuk merangsang pertumbuhan vegetatif serta untuk mencegah infeksi hama dan penyakit.  Kastrasi dilakukan ketika tanaman mulai berbunga untuk pertama kalinya sampai tanaman berumur 33 bulan (6 bulan sebelum panen).  Kastrasi dilakukan dengan interval satu bulan sekali.
Penyerbukan Buatan
Bunga jantan dan betina pada tanaman kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Faktor lain yang menyebabkan perlunya penyerbukan buatan adalah karena jumlah bunga jantan kurang, kelembaban yang tinggi atau musim hujan yang panjang. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan  buatan oleh manusia  atau oleh serangga. Penyerbukan buatan dilakukan setelah kegiatan kastrasi dihentikan.
a) Penyerbukan oleh Manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Cara penyerbukan:
a.   Bak seludang bunga.
1. Campurkan serbuk sari dengan talk murni (1:2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium.
2. Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b) Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS).
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus yang tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas pada saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti meningkat sampai 30%. Kekurangan cara ini buah sulit rontok, tandan buah harus dibelah dua dalam pemrosesan.
Penunasan atau Pemangkasan Daun
Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif.  Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif. 
Terdapat tiga jenis pemangkasan daun, yaitu:
a)  Pemangkasan pasir : Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b)  Pemangkasan produksi : Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan.
c)  Pemangkasan pemeliharaan : Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
Sistem yang umum digunakan adalah sistem songgo dua, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah.  Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.
Pemupukan
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif.  Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah.  Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan.  Jenis pupuk yang digunakan pada TBM berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, seperti CF 12.12.5.12 ( 12 % N, 12 % P2O5, 5 % K2O, 12 % MgO), Urea (45 % N), RP (60 % P2O5), Murriate of Potash (60 % K2O), Kieserite ( 26 % MgO) dan Borate (46 % B2O5). Pemupukan pada TM berdasarkan hasil analisa daun yang dilakukan pada tahun sebelumnya.  Dosis pupuk yang diaplikasikan pada TBM dapat dilihat pada tabel 1.
JENIS DAN SIFAT PUPUK
Sumber Hara
1.      Tanah
2.      Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah cair dan kacangan penutup tanah.
3.      Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus
Pupuk An-Organik
1.      Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
  1. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
3.      Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4.      Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pelet. Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya, efektivitas masih perlu diuji.
Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya mengacu pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.


Sumber Hara
Hara Utama
N
P2O5
K2O
MgO
CaO
B
Cu
S
Cl
1. Pupuk Tunggal
- Urea
N
46








- Ammonium Nitrat (AN)
N
35








- Sulphate of Ammonia (SOA - ZA)
N, S
21






24

- Rock Phosphate (RP)
P, Ca

30


45




- Triple Super Phosphate (TSP)
P, Ca

46


20




- Single Super Phosphate (SSP)
P, Ca, S

18


25


11

- Muriate of Potash (MOP - KCl)
K, Cl


60





35
- Sulphate of Potash (SOP-ZK)
K, S


50




17

- Kieserite
Mg, S



27



23

- Dolomit
Mg, Ca



22
30




- Sulfur
S







97

- Borate
B





11



- Copper Sulphate (CuSO4.H2O)
Cu






25
13

- Langbeinite
K, Mg, S


22
18



22

2. Pupuk Majemuk
- Diammonium Phosphate (DAP)
N, P
18
46







- NPK (12-12-17-2)
N,P,K,Mg
12
12
17
2





- NPK (15-15-6-4)
N,P,K,Mg
15
15
6
4





- NPK (15-15-15)
N,P,K
15
15
16






3. Sisa - sisa Tanaman
- Abu tandan kosong
K, Mg, Ca

4
40
6
5




- Tandan kosong
N, K
< 1
0,1
1,2
0,1
0,1




- Pelepah hasil tunasan
N, P, K
0,5
0,1
0,8
0,1
0,1




- Limbah cair PKS
N, K, Mg
0,4
0,2
1,3
0,4






Karakteristik  Pupuk  Urea dan ZA
Keterangan
Jenis Pupuk
Urea
Z A
Kadar N (%)
42 - 46
21
Hara lain (%)
-
24 % S
Kelarutan dalam air (gr/ltr)
1.030
750
Reaksi
agak masam
masam
Higroskopisitas
tinggi
kurang
Pencucian/penguapan
tinggi
sedang
Ketersediaan
mudah
mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
2,75
4,5


Karakteristik  Pupuk  Phosphate
Keterangan
Jenis Pupuk
RP-Gafsa
RP-Maroco
CIRP
TSP
SP-36
P2O5
(larut asam sitrat 2 %)
26,7
33,1
28
46
36
Hara Lain :
- CaO (%)
- Al2O3 + Fe2O3 (%)
- S (%)

49,8
0,2
-

48,2
0,18
-

35,7
9,3
-

18,3
0
-

-
-
5
Kelarutan dalam air
( gr/ltr )
0,125
-
-
> 99
-
Reaksi
Netral - basa
Netral - basa
Netral - basa
Masam
Agak masam
Higroskopisitas
-
-
-
-
-
Kehalusan :

  • Mesh 80 (%)
  • Mesh 100 (%)


63
91

29
80

60
99

-
-

-
-
Ketersediaan
Mudah
Mudah
Mudah
Tidak tersedia
Mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
-
-
-
1,75
2,25

Karakteristik  Pupuk  ZK dan KCl/MOP
Keterangan
Jenis Pupuk
ZK
MOP/KCl
Kadar K2O (%)
49 - 53
21
Hara lain (%)
18 % S
47 % Cl
Kelarutan dalam air
larut
larut
Reaksi
netral
netral
Higroskopisitas
-
-
Ketersediaan
mudah
mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
-
2,25

Karakteristik  Pupuk  Magnesium
Keterangan
Jenis Pupuk
Kieserite
Dolomit
Dolomit - Lokal
Kadar MgO (%)
27
18 - 22
2,9 - 37,7
Hara lain (%)
22 % S
40 % CaO
0,9 - 48 % CaO
0,04 - 4,21 % Fe2O3
35 - 45 % SiO2
Kelarutan dalam air
Agak sukar
sukar
-
Reaksi
Agak masam
Basa
-
Higroskopisitas
-
-
-
Kehalusan
-
Bervariasi
> 95 % (mesh 100)
Bervariasi
> 90 % (mesh 80)
Ketersediaan
mudah
mudah
mudah
Dosis standar (kg/phn/thn)
(umur 9 - 13 thn)
1,5
2 - 2,5
-
Pencampuran Beberapa Jenis Pupuk

Urea
Z A
R P
SP-36
ZK
MOP
Kieserite
Dolomit
Urea
a
N

a
a
a

N
Z A
N
a

N
x
x

a
R P


a





SP-36
a
N

a
x
a

N
ZK
a
x

x
a
a

a
MOP
a
x

a
a
a

a
Kieserite






A

Dolomit
N
a

N
a
a

a
Keterangan :
  • a = Dapat dicampur
  • N = Pupuk dapat dicampur segera sebelum digunakan
  • x = Pupuk tidak dapat dicampur
Waktu Pemupukan
1.      Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan. Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
2.      Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan rea/Z A.
3.      Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu.
4.      Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.
Frekwensi Pemupukan
1.      Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman.
2.      Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak.
3.      Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.
Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi, namun sejak sekitar tahun 1996 telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off) sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga efisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih merupakan pilihan  yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu.
Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan unsur hara untuk tanaman. Dengan demikian program pemupukan berimbang dapat saja menggunakan pupuk tunggal (Urea/ZA, TSP/SP-36 dan KCl) dan atau pupuk majemuk (Chemical process atau Physical Blending).
Mengapa pemupukan harus berimbang?
Untuk meningkatkan hasil dan mutu beras, tanaman padi memerlukan zar hara dalam jumlah banyak diantaranya nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K) dan belerang (S). Kecuali itu diperlukan hara sekunder Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta hara mikro yang jumlahnya sangat sedikit seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe).
Tanaman yang kekurangan Urea (zat hara N) tumbuhnya kerdil, anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. sebaliknya tanaman yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daun hijau anakan banyak tetapi jumlah malai sedikit, mudah rebah dan pemasakan lambat.
Tanaman yang kekurangan zat hara fosfat (P) tumbuhnya kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, malai dan gabah sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan gabah. Sedangkan tanaman yang kekurangan Kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, gabahnya banyak yang hampa, butir hijau banyak dan mutu beras menurun.
Gambar 1
Tanaman cukup N
Gejala kekurangan N, daun berwarna kuning coklat

Gambar 2
a. Tanaman cukup P 
b. Gejala kekurangan P,
anakan sedikit dan kerdil

Gambar 3
Gejala kekurangan K, daun terkulai mengering mulai dari pinggir daun

Gambar 4
Gejala kekurangan S (belerang), daun muda berwarna kuning pucat
Meskipun kebutuhan zat hara belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila  kekurangan maka tanaman juga kerdil, daun berwarna kuning pucat, terutama daun muda, hasil gabah, dan mutu beras menurun.
Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu beras tinggi, maka zat-zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah tidak cukup, maka hasil dan mutu beras akan menurun. Oleh karena itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan dosis pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia dalam tanah (tingkat kesuburan tanah).
Apa itu pemupukan berimbang?
Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK. Pengertian ini kurang tepat karena pemupukan berimbang adalah menyediakan semua zat hara yangcukup sehingga tanaman padi mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. dengan demikian jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan tetapi harus memiliki spesifik lokasi.
Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal seperti urea, SP-36. TSP dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal.
Apakah keuntungan pemupukan berimbang?
Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah.
Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup tinggi, maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan pemborosan.
Namun sebaliknya jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang. Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi terhadap pemupukan NPK pada tanah Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya dipupuk urea saja.

Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang?
Kandunganzat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda.
Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah.
 Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah  dan anjuran pemupukan berimbang?
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Pemeriksaan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah oleh Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani. Untuk itu perlu adanya pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani. Setiap contoh tanah mewakili ± 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup dilakukan sekali tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh tanah yang mewakili luasan 25 ha hanya sekitar Rp 40.000,-.
Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat melalui Dinas Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih pupuk, apakah menggunakan pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun perlu hati-hati dalam memilih jenis pupuk agar petani tidak dirugikan.
Apa itu peta P dan K tanah dan apa kegunaannya?
Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan kalium (K) dalam tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia. hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan kalium (K). Peta tersebut diberi tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah, warna kuning berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan untuk anjuran pemupukan.
anah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per ha, yang kadar hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang P-nya tinggi dipupuk dengan 50 kg SP36 per ha. jadi dosis SP36 untuk lahan sawah berbeda-beda, tergantung kandungan hara P dalam tanah.
Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha, sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha.
Di bawah ini disajikan dosis anjuran pupuk SP36 dan KCl (Tabel 1) serta majemuk NPK (Tabel 2) untuk padi sawah berdasarkan status hara fosfat (P) dan kalium (K) pada lahan sawah.
Untuk hara N tidak dilakukan pembuatan peta status hara N karena umumnya kadar N tanah di Indonesian rendah, sehingga secara umum harus dipupuk 250-300 kg Urea per ha.

Kelas Status Hara Tanah
Anjuran pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi (Kg/ha)
P
K
Urea
SP36
KCl
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
250
250
250
250
250
250
250
250
250
100
100
100
75
75
75
50
50
50
100
50
50
100
50
50
100
50
50

Tabel 1. Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi
dengan menggunakan pupuk tunggal



Persiapan dan Pelaksanaan Pemupukan



Persiapan
1.      Pembenahan piringan, pasar pikul, rorak, tapak kuda, tapak timbun dan lain-lain.
2.      Penghancuran pupuk yang menggumpal
3.      Takaran pupuk dibuat per jenis dan dosis pupuk. Sapu lidi pendek ( 15 Cm ) berbentuk kipas untuk penebaran pupuk.
4.      Luas areal yang dipremikan maksimal 30 % areal pemupukan hari itu.
5.      Persiapan : Kebutuhan jenis dan dosis pupuk dan jumlah pohon, tenaga penebar, pengecer, pengangkut pupuk, transportasi pupuk ke lapangan.

x
Pemupukan pada areal yang sering tergenang air tidak ada gunanya sebelum adanya perbaikan drainase atau pembangunan tapak timbun
x
Tapak timbun
 

6.      Formulir AU-58 untuk permintaan pupuk
7.      Membuat rencana harian
8.      Membuat peta rencana pemupukan harian
9.      Membuat Barchart rencana - realisasi pemupukan
10.  Menentukan letak SPB (5 - 10 ha/SPB) dan letak SPK ( > 2 ha/SPK)
11.  Tenaga pemupukan :
          - Areal rata : 2 penabur + 1 pengecer
          - Areal perengan : 3 penabur + 2 pengecer
12.  Pemupukan diangkut ke lapangan sebelum jam 06.00 wib. Penebaran pupuk dimulai jam 06.30 wib


Pemupukan  Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
·         Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
·         Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman.
·         Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 - 40 Cm.
·         Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk.
·         Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
·         ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan.
·         Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm.
·         Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
  • Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.
 
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 
Pada Tanah Gambut
:
Umur
(Bulan)*
Dosos  Pupuk (gram/pohon)
Urea
Rock Phosphate
MOP
( KCl)
Dolomit
HGF-B
CuSO4
Lubang tanaman
-
-
-
-
-
25
3
100
150
200
100
-
-
6
150
150
250
100
-
-
9
150
200
250
150
25
-
12
200
300
300
150
-
-
16
250
300
300
200
25
-
20
300
300
350
250
-
-
24
350
300
350
300
50
-
28
350
450
450
350
50
-
32
450
450
500
350
-
-
 *) Setelah tanam di lapangan
 
 
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pada Tanah Mineral :
Umur
(Bulan)*
Dosos  Pupuk (gram/pohon)
Urea
TSP
MOP
( KCl)
Kieserite
HGF-B
Rock Phosphate
Lubang tanaman
-
-
-
-
-
500
1
100
-
-
-
-
-
3
250
100
150
100
-
-
5
250
100
150
100
-
-
8
250
200
350
250
20
-
12
500
200
350
250
-
-
16
500
200
500
500
30
-
20
500
200
500
500
-
-
24
500
200
750
500
50
-
28
750
300
1.000
750
-
-
32
750
300
1.000
750
-
-
 *) Setelah tanam di lapangan

Pemupukan  Tanaman Menghasilkan (TM)
  • Sasaran pemupukan : 4 T ( Tepat jenis, dosis, waktu dan metode)
  • Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisa daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan dan kondisi visual tanaman.
  • Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan.
 
Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) 
Pada Tanah Gambut :

Kelompok Umur
(Tahun)
Dosis  Pupuk (kg/pohon/tahun)
Urea
Rock Phosphate
MOP
(KCl)
Dolomit
Jumlah
3 - 8
2,00
1,75
1,50
1,50
6,75
9 - 13
2,50
2,75
2,25
2,00
9,50
14 - 20
1,50
2,25
2,00
2,00
8,00
21 - 25
1,50
1,50
1,25
1,50
5,75
 
 
 

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M )
Pada Tanah Mineral
:
Kelompok Umur
(Tahun)
Dosis  Pupuk (gram/pohon)
Urea
SP-36
MOP ( KCl)
Kieserite
Jumlah
3 - 8
2,00
1,50
1,50
1,00
6,00
9 - 13
2,75
2,25
2,25
1,50
8,75
14 - 20
2,50
2,00
2,00
1,50
7,75
21 - 25
1,75
1,25
1,25
1,00
5,25

Metode Pemupukan
Cara Pemupukan
1.      Pemupukan dilakukan dengan sistem tebar dan sistem benam (Pocket)
2.      Pada sistem tebar, pupuk ditebarkan di piringan pada jarak 0,5 meter hingga pinggir piringan pada tanaman muda, dan pada jarak 1 - 2,4 meter pada tanaman dewasa.
3.      Pada sistem pocket, pupuk diberikan pada 4 - 6 lubang pada piringan disekeliling pohon. Kemudian lubang ditutup kembali. Sistem pocket disarankan pada areal rendahan, areal perengan ataupun pada tanah pasiran yang mudah tercuci/tererosi.
4.      Pada tapak kuda, 75 % pupuk diberikan pada areal dekat tebing. Untuk mengurangi pencucian, pupuk ini sebaiknya diaplikasikan dengan sistem pocket.  
Berdasarkan alat yang digunakan, Pemupukan dapat dilakukan secara manual, mekanis, maupun dengan Pesawat terbang.
  • Pemupukan manual paling umum dan mudah dilakukan.
  • Pemupukan mekanis menggunakan alat (traktor) penebar pupuk untuk areal yang relatif rata. Cara ini banyak diterapkan karena sulitnya memperoleh tenaga kerja pemupuk
  • Aerial spraying sesuai untuk aplikasi pupuk padaareal yang sulit terjangkau dan daerah yangsulit memperoleh tenaga kerja.


Aplikasi system tebar
Pada areal perengan seperti ini aplikasi pupuk perlu dilakukan dengan sistem pocket.



Metode Pemupukan
Cara Pemupukan
5.      Pemupukan dilakukan dengan sistem tebar dan sistem benam (Pocket)
6.      Pada sistem tebar, pupuk ditebarkan di piringan pada jarak 0,5 meter hingga pinggir piringan pada tanaman muda, dan pada jarak 1 - 2,4 meter pada tanaman dewasa.
7.      Pada sistem pocket, pupuk diberikan pada 4 - 6 lubang pada piringan disekeliling pohon. Kemudian lubang ditutup kembali. Sistem pocket disarankan pada areal rendahan, areal perengan ataupun pada tanah pasiran yang mudah tercuci/tererosi.
8.      Pada tapak kuda, 75 % pupuk diberikan pada areal dekat tebing. Untuk mengurangi pencucian, pupuk ini sebaiknya diaplikasikan dengan sistem pocket.  
Berdasarkan alat yang digunakan, Pemupukan dapat dilakukan secara manual, mekanis, maupun dengan Pesawat terbang.
  • Pemupukan manual paling umum dan mudah dilakukan.
  • Pemupukan mekanis menggunakan alat (traktor) penebar pupuk untuk areal yang relatif rata. Cara ini banyak diterapkan karena sulitnya memperoleh tenaga kerja pemupuk
  • Aerial spraying sesuai untuk aplikasi pupuk padaareal yang sulit terjangkau dan daerah yangsulit memperoleh tenaga kerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

isu global, pemanasan global, global warming, strategi mengurangi global warming, efek rumah kaca, tanaman padi, tanah sawah, CO2, CH4, N2O,

metabolisme mikroorganisme, global warming, biota tanah, biologi tanah, pengaruh lingkungan terhadap biologi tanah, bioteknologi tanah