pertanian berkelanjutan, pengkaderan nasional, limbah, erosi, DAS

ARAH PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2009-2013

Oleh : Ir. Riadil Akhir Lubis, MSi
Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN

Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat

Sebagai salah satu Provinsi besar di Indonesia, bahkan jika dilihat dari sisi jumlah penduduk untuk di luar Jawa merupakan yang terbesar, dimana berdasarkan hasil SENSUS PENDUDUK tahun 2010 berjumlah 12.985.075 jiwa atau 5,46% dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 237.557.363 jiwa, sementara jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara termasuk dalam kategori moderat yakni 1,11% per tahun.

Sumatera Utara masih dominan lapangan pekerjaannya di sektor pertanian, dimana 47% masih menggantungkan hidup dari sektor ini atau sekitar 2.610.673 jiwa yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera Utara, sementara jika dilihat dari sisi keluarga, maka jumlah yang bekerja di sektor pertanian mencapai 1.262.421 Kepala Keluarga.

Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian sebagian besar berada di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara yang meliputi lebih kurang 57% berada did aerah ini, sementara itu di wilayah pantai Barat Sumatera Utara luas lahan hutannya masih sangat besar untuk dikembangkan yakni 69% (akan tetapi penggunaannya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah).


II. GAMBARAN UMUM KONDISI MAKRO EKONOMI SUMATERA UTARA

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2010 relatif sangat stabil dan terus bertumbuh dimana sampai dengan Triwulan III 2010 ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 6,42%, diatas capaian Nasional yang tumbuh hanya sebesar 5,80%, disamping itu terlihat pula bahwa sumbangan sektor pertanian dalam PDRB Sumatera Utara Tahun 2010 (trw III) masih yang tertinggi yakni 22,83%, disusul kemudian industri pengolahan yang memberikan sumbangan 22,51%. Akan tetapi kondisi yang kurang menggembirakan sampai dengan akhir tahun 2010 ini untuk Sumatera Utara adalah tingginya angka inflasi yang mencapai 8% berada di atas capaian nasional yang inflasinya hanya sebesar 6,96%, dimana sumbangan terbesar untuk komponen inflasi tersebut berasal dari sektor pertanian yakni kenaikan harga cabai dan beras yang sangat memberikan andil tingginya angka inflasi di Sumatera Utara.

Tentunya sebagai salah satu daerah sentra beras, kondisi ini sebenarnya tidak boleh terjadi, mungkin produksi kita besar akan tetapi arus distribusinya belum dapat distabilkan sehingga gejolak harga tidak lagi mengikuti hukum demand and supplay.

III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA UTARA

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur Sumatera Utara dengan tetap mengacu kepada RPJM Nasional sebagai landasan dan dokumen perencanaan nasional secara menyeluruh berdasarkan kondisi daerah Sumatera Utara.

Provinsi Sumatera Utara telah memiliki Dokumen RPJMD sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Transisi Provinsi Sumatera Utara 2009 – 2013.

Adapun Visi dan Misi Pembangunan Sumatera Utara untuk lima tahun kedepan adalah :

Visi : SUMATERA UTARA YANG MAJU DAN SEJAHTERA DALAM HARMONI KEBERAGAMAN



Sementara misinya adalah :

1. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam kesetaraan
2. Mewujudkan Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera dan berwawasan lingkungan
3. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman
4. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap pembangunan

Untuk memberhasilkan visi dan misi pembangunan Sumatera Utara lima tahun kedepan tersebut, ditetapkan 5 prinsip dasar pembangunan yakni :

1. Berkembang dan maju serta memiliki daya tahan terhadap perubahan, dan resesi.
2. Berkembang berdasarkan jiwa, semangat dan keberagaman etnik dan agama
3. Percaya diri, menampilkan identitas budaya lokal, ditengah arus globalisasi
4. Memiliki kemandirian dan kesempatan bagi setiap orang dan kelompok untuk mencapai kesejahteraan
5. Memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pembangunan kesehatan, pendidikan dan pertanian, dalam kerangka kesejahteraan rakyat (RAKYAT TIDAK BODOH, TIDAK SAKIT, TIDAK LAPAR, DAN MEMPUNYAI MASA DEPAN).

Disamping prinsip dasar yang penting untuk mengimplementasikan keberhasilan pembangunan Sumatera Utara ditempuh dengan penerapan 5 strategi dadar pembangunan yakni :

1. Mendorong dinamika kehidupan etnik dan agama serta dilandasi nilai-nilai hukum dan menjembatani keharmonisan yang berlandaskan semangat persatuan dan kesatuan
2. Pengelolaan tata pemerintahan yang baik sebagai abdi masyarakat
3. Meningkatkan mutu dan jumlah sarana prasarana pendidikan, kesehatan, dan penunjang kesejahteraan masyarakat
4. Mendorong terciptanya sentra-sentra ekonomi kerakyatan sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
5. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur, kemampuan sumber daya manusia dan peraturan daerah (regulasi) yang responsif bagi percepatan pertumbuhan dunia usaha

IV.KONDISI PERTANIAN DI SUMATERA UTARA

Jika dilihat angka pertumbuhan sektor pertanian dari tahun 2008 sebesar 22,23% mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 23,03% tetapi sampai dengan Triwulan III tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 22,83%.

Berikut ini data produksi beberapa komoditas utama pertanian sebagai berikut :

1) Tanaman pangan dan hortikultura :

Tabel 1. Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2008-2009 (ton)

No Jenis Tanaman Tahun 2008
(Ton) Tahun 2009
(Ton) Tahun 2010 Semester I (Ton)
1 Pangan
1. Padi 3,340,794 3,527,899 2,014,360
2. Jagung 1,098,969 1,166,548 796,809
3. Kedelai 11,647 14,206 6,652
2 Sayuran
1. Cabai 136,414 154,799 79,945
2. Bawang Merah 12,071 12,655 5,455
3. Bawang Putih 248 283 70
4. Tomat 69,134 90,174 46,547
5. Wortel 38,733 32,248 25,235
3. Buah-Buahan
1. Jeruk 858,508 728,796 278,908
2. Durian 128,803 102,580 54,135
3. Rambutan 67,639 60,153 20,195

2) Perkebunan
Luas areal perkebunan di Provinsi Sumatera Utara (2009) tercatat seluas 1, 96 Juta Ha, terdiri dari :
- Perkebunan Rakyat (PR) : 1.085.658 Ha
- Perkebunan Negara (PTPN) : 410.500 Ha
- Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) : 309.803 Ha
- Perkebunan Besar Swasta Asing (PBSA) : 150.369 Ha
Berikut ini dapat dilihat luas lahan komoditas perkebunan berdasarkan jenis pengusahaan dan luas untuk setiap komoditas.


Tabel 2. Rekapitulasi Luas Areal Tanaman Perkebunan
Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2009


No.
Jenis
Komoditas Perkebunan
Rakyat PTPN PBSN PBSA
Total
Luas (Ha)
(3+4+5+6)
Luas
(Ha) Luas
(Ha) Luas
(Ha) Luas
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3.
4.
5. Kelapa sawit
Karet
Kelapa
Kakao
Lainnya 392.721,45
376.075,93
110.757,89
66.090,95
140.012,19
299.603,97
77.696,77
-
18.501,40
14.697,90 244.283,33
59.314,27
1.448,80
3.739,20
1.018,00 109.104,53
37.456,44
1.657,00
2.151,00
- 1.045.713,28
550.543,41
113.863,69
90.482,55
650.728,09
Jumlah 1.085.658,41 410.500,04 309.803,60 150.368,97 1.956.331,02
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2009

Produksi berdasarkan komoditi utama, yakni kelapa sawit, karet, kelapa dan kakao (2009) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Rekapitulasi Produksi Tanaman Perkebunan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009


No.
Jenis
Komoditas Perkebunan
Rakyat PTPN PBSN PBSA
Total
Produksi (Ton)
(3+4+5+6)
Produksi
(Ton) Produksi
(Ton) Produksi
(Ton) Produksi
(Ton)
1 2 3 4 5 6 7
1.


2.
3.
4.
5. Kelapa sawit


Karet
Kelapa
Kakao
Lainnya TBS 5.088.578,85
MS 1.119.487,37 IS 152.657,35
254.650,07
93.087,64
38.294,11
91.477,29
TBS 4.668.827,02
MS 1.027.141,94
IS 186.753,08
59.072,52
-
20.339,54
46.767,76 TBS 3.075.401,03
MS 676.588,23
IS 123.016,04
70.444,50
1.477,50
3.918,30
1.105,00 TBS 1.529.847,60
MS 336.566,47
IS 61.193,90
43.793,74
1.203,20
2.501,00
0,01 TBS 14.362.654,50
MS 3.159.784,01
IS 523.620,38
427.960,83
95.768,34
65.052,95
139.350,04

Jumlah 1.749.653,83 1.340.074,84 876.549,57 445.258,32 4.411.536,55
Keterangan : TBS : Tandan Buah Segar ; MS : Minyak Sawit; IS : Inti Sawit




3) Kehutanan :

Data Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:
1. Fungsi hutan dalam kawasan lindung 1.774.400,00 Ha
a. Cagar Alam (CA) : 12.287,46 Ha
b. Suaka Margasatwa (SM) : 85.552,00 Ha
c. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) : 187.985,00 Ha
d. Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) : 108.000,00 Ha
e. Taman Hutan Raya (Tahura) : 51.600,00 Ha
f. Taman Wisata Alam (TWA) : 3.448,90 Ha
g. Taman Buru (TB) : 8.350,00 Ha
h. Hutan Lindung (HL) : 1.297.330,00 Ha
2. Fungsi hutan dalam kawasan budidaya 1.967.720,00 Ha
a. Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 879.270,00 Ha
b. Hutan produksi Tetap (HP) : 1.035.690,00 Ha
c. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK) : 52.760,00 Ha

4) Kelautan dan perikanan

Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki luas perairan 110.000 Km2 dengan total garis pantai sepanjang 1.300 Km, dan jumlah pulau 419 buah, memiliki potensi sumber daya perairan yang sangat besar, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Tabel berikut menampilkan perkembangan produksi perikanan di Sumatera Utara (2007-2008)

Tabel 4. Perkembangan Produksi Perikanan Sumatera Utara Tahun 2007-2009
No. Jenis Sarana Potensi (Ha) Produksi (ton)
2007 2008 2009
1
2
3
4
5 Budidaya Tambak
Budidaya Air Laut
Budidaya Air Tawar
Perairan Umum
Penangkapan Laut 20.000
100.000
18.647,5
155.797
1.352.990 22.720,6
597,32

12.805,43
358.072,39
24.197,44
636,15

13.637,78
381.347,10 21.336,5
1068
33.831,9
14.524,24
406.134,66
Jumlah 1.647.434,5 424.201,03 451.774,11 476.895,30

Tabel 5. Produksi Ekspor, Konsumsi Ikan/Kapita Tahun 2007-2009
NO KERAGAAN TAHUN
2007 2008 2009
1


2 EKSPOR
a. Volume (ton)
b. Nilai (U$)
Konsumsi Ikan/ Kapita (Kg)
46.743,38
168.839.832,24
24,5
46.824,89
231.117.268,40
26,09
48.935,59
195.173.631,82
27,79

5) Peternakan
Luas lahan di Provinsi Sumatera Utara masih memiliki potensi untuk pengembangan sektor peternakan.
Jenis ternak besar seperti kuda, sapi, kerbau, kambing, domba dan babi dan ternak kecil seperti unggas (ayam, itik) dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan.

Tabel 6. Jumlah ternak di Sumatera Utara (2009)

No. Jenis ternak Jumlah (ekor)
Ternak besar
1. Sapi Potong 400,914
2. Sapi Perah 3,208
3. Kerbau 158,219
4. Kuda 2,819
5. Kambing 550,405
6. Domba 269,732
7. Babi 655,546
Ternak Kecil
1. Ayam Buras 10,709,582
2. Ayam Pedaging 8,140,342
3. Ayam Petelur 15,251,085
4. Itik 1,798,920
5. Kelinci 35,729
6. Puyuh 163,448



V. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI SUMATERA UTARA

Terdapat beberapa hambatan dalam pembangunan pertanian di Sumatera Utara, diantaranya adalah :

1. Aspek Ketersediaan Pangan;
2. Aspek Distribusi Pangan;
3. Aspek Konsumsi Pangan
4. Teknologi Pra Panen dan Pasca Panen
5. Tenaga Penyuluh
6. Belum terjalinnya Kemitraan
7. Usaha tani masih secara monokultur
8. Mutu Hasil Perkebunan (khususnya kebun rakyat) masih rendah

Untuk itu kedepan beberapa permasalahan yang menghadang harus telah dapat diantisipasi oleh seluruh komponen masyarakat dan Pemerintah beserta pengusaha dan elemen lainnya, yakni :

1. Peningkatan jumlah penduduk dengan pertumbuhan 1,11 % pertahun, sehingga akan mendorong pertambahan konsumsi besar dimana kebutuhan konsumsi beras 135Kg/Kapita/Tahun
2. Konversi lahan pertanian produktif menjadi permasalahan penting untuk mendapat perhatian karena setelah diterbitkannya Undang-Undang No. 41 tahun 2009 tentang lahan pertanian berkelanjutan perlu segera diterbitkan Peraturan Pemerintah agar Pemerintah Provinsi dapat segera menyusun Perda terkait lahan pertanian berkelanjutan.
3. Anomali, Iklim yang mempengaruhi pola tanam dan menurunkan produktifitas pertanian. Menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat, bahwa saat ini tengah terjadi anomali iklim di Indonesia yang berpangaruh terhadap aktivitas pertanian dan perkebunan serta timbulnya bencana banjir di berbagai daerah. Kondisi ini disebabkan pemanasan global akibat kenaikan temperatur, naiknya permukaan air laut serta frekeuensi hujan yang berbeda dan mengalami pergeseran.

4. Tata perdagangan bebas dunia. Dengan dikeluarkannya perjanjian perdagangan bebas Asean China (Asean-China Free Trade Area) membuat persaingan antar negara menjadi semakin ketat. Masuknya produk pertanian dari China dengan harga lebih murah dapat memukul petani kita di Sumatera Utara.

VI. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

Sebagai suatu kesatuan yang terintegarasi maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam arah kebijakan pembangunan pertaniannya mengacu kepada :

1. Rencana Strategis Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2009-2014
2. RPJMD Provinsi Sumatera Utara, RKPD Provsu Tahun 2011 khususnya pada bidang Pertanian.

Jika dilihat dari struktur penggunaan lahan sawah di Sumatera Utara pada tahun 2009 maka terlihat bahwa luas lahan sawah di Sumatera Utara seluas 575.289 hektar atau sekitar 7,29% dari seluruh luas lahan sawah di Indonesia yang mencapai 7.885.878 hektar, dimana sebagaian besar merupakan belum memiliki saluran irigasi yang baik.

Adapun penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Utara khususnya untuk pertanian adalah dengan struktur sebagai berikut :

1. Lahan Sawah : 590.431 Ha
Terdiri Dari :
Sawah Irigasi : 281.482 Ha
- Irigasi Teknis : 69.900 Ha
- Irigasi ½ teknis : 92.680 Ha
- Irigasi sederhana PU : 38.274 Ha
Sawah Tidak Beririgasi : 219.055 Ha
- Sawah Tadah Hujan : 157.081 Ha
- Sawah Pasang Surut : 23.018 Ha
- Sawah Lebak : 32.505 Ha
- Sawah Folder : 6.389 Ha
2. Lahan Kering : 1.014.352 Ha
Terdiri Dari :
a. Lahan Tegal /Kebun : 435.181 Ha
b. Lahan Ladang/Huma : 225.882 Ha
c. Sementara tidak diusahakan : 352.289 Ha

Adapun Agenda Pembangunan pertanian di Sumatera Utara adalah :
1) Peningkatan Ketersediaan Bahan Pangan, dengan kebijakan intensifikasi, ekstensifikasi dan Diversifikasi bahan pangan dengan sasaran pokok terwujudnya swasembada pangan di Sumatera Utara.
2) Optimalisasi pemanfaatan, sarana dan prasarana pendukung ketahanan pangan.
3) Meningkatkan ketersediaan modal, teknologi,bibit benih, pasar bagi kebutuhan petani dan mempermudah akses pasar dan informasi terhadap petani.
4) Pengembangan dan pembinaan kemitraan usaha pertanian
5) Peningkatan populasi dan produksi ternak dengan memaksimalkan pengelolaan peternakan

Sementara itu prioritas utama pembangunan pertanian Sumatera Utara adalah :
1) Pembangunan dan Perbaikan Irigasi/Pompanisasi.
2) Pengadaan Bibit/bibit Unggul.
3) Pengembangan Teknologi di Bidang Pertanian.
4) Peningkatan populasi dan produksi ternak melalui Inseminasi Buatan (IB).
5) Peningkatan Produksi perikanan.
6) Memfungsikan BBI dan UPT sebagai ujung tombak penyediaan benih/bibit unggul dan rujukan pelatihan bagi petani dalam pengembangan penangkaran benih/bibit Unggul.
7) Gerakan Masyarakan Mandiri Pangan (GEMA PANGAN) untuk memanfaatkan lahan-lahan kurang Produktif dan lahan Pekarangan
8) Pengadaan Alsintan sesuai dengan potensi Daerah
9) Pembangunan Rumah Kompos
10) Percepatan Pembangunan Lokalita Percontohan Program Agropolitan/ Agromarinepolitan dengan mengacu kepada Master Plan, Rancang Bangun dan Detail Plan Agropolitan/ Agromarinepolitan.

Arah kebijakan pertanian tersebut harus pula sinkron dengan arah kebijakan pembangunan pertanian di tingkat Nasional, yakni :

JARGON PEMBANGUNAN PERTANIAN dikenal “4 SUKSES PEMBANGUNAN PERTANIAN”, yakni :
1. Swasembada Berkelanjutan.
2. Diversifikasi Pangan.
3. Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor.
4. Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Adapun strategi untuk memberhasilkannya yakni dengan melakukan Gema Revitalisai Pertanian :
1. Revitalisasi Lahan
2. Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan
3. Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana
4. Revitalisasi Sumber Daya Manusia
5. Revitalisasi Pembiayaan Petani
6. Revitalisasi Kelembagaan Petani
7. Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir

VII. PENUTUP

Demikian makalah Arah Pembangunan Provinsi Sumatera Utara ini disusun sebagai bahan dalam acara Seminar Nasional ini, semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi para pemegang amanah rakyat dalam rangka pencapaian pembangunan nasional dan daerah Sumatera Utara yang berkualitas.


Medan, Januari 2011


Ir. Riadil Akhir Lubis, MSi










POLA ”POLIKULTUR” ALTERNATIF PENYELAMATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Pengalaman Bitra bersama Masyarakat Sayumsabah

Oleh ; Soekirman


Pengantar ; Masyarakat desa Sayumsabah kecamatan Sibolangit wilayah DAS Deli selama 10 tahun bersama dengan Yayasan Bitra Indonesia melakukan upaya nyata untuk memperbaiki ekosistem daerah aliran sungai. Tujuan ganda yang ingin dicapai adalah perbaikan ekologi dan ekonomi masyarakat. Beberapa catatan berikut adalah Output dan outcome selama satu dekade dan menghasilkan suatu yang monumental “kebun polikultur”. Layak jika proses itu sebagai sebuah “success story” (kisah sukses), yang dapat di replika pada DAS lain sebagai upaya Pembangunan Berkelanjutan. Kekuatan pola ini adalah sumber daya manusia, dengan kesamaan persepsi terhadap masalah ekonomi dan ekologi.

1. 10 tahun recovery DAS di Sayumsabah

Tahun 1997, penduduk desa Sayumsabah di kecamatan Sibolangit bingung memilih tanaman untuk budidaya. Kawasan tangkapan air dengan topografi bergelombang di ketinggian 300 meter diatas permukaan laut, pernah jadi sasaran PRPTE (Program rehabilitasi pengembangan tanaman ekspor) dan gagal mewujudkan kesejahteraan. Tanaman cengkeh yang sudah berbuah, kembali ditebangi karena dinilai tidak ekonomis. Jeruk Manis yang telah mulai menghasilkan ditebang karena adanya serangan penyakit. Pohon durian warisan nenek moyang dijual dalam bentuk gelondongan karena semakin jarang menghasilkan buah. Buah kemiri dibiarkan terbuang dibawah pohon karena biaya mengutip tak sebanding dengan harga jual. Banjir, yang kerap datang dari hulu menimbulkan erosi dan longsor, menghanyutkan aset desa termasuk saluran irigasi dan jalan desa. Tanaman padi yang tadinya menghasilkan, kini gagal panen karena tidak mendapat pasokan air yang cukup.

Pada saat itulah Bitra Indonesia bersama masyarakat mengembangkan dialog pendampingan dan mencoba pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Akhirnya disepakati melakukan penanaman tegalan yang mulai rusak. Selain itu dilakukan inventarisasi tanaman ekonomis dan ekologis. Pelatihan partisipatif dan pendampingan dilakukan. Pengembangan kelompok ”akar rumput” intensif dilakukan. Akhirnya pada tahun 1998 dimulai aksi penanaman tegalan disepanjang Daerah Aliran Sungai Petani (hulu sungai Deli). Pola tanaman campuran yang dirancang bersama masyarakat tersebut disebut Pola ”POLIKULTUR”.

Prinsip polikultur adalah bottom up, ada matrik rangking untuk jenis tanaman, dan tanaman bernilai Ekonomis, dan Ekologis. Dalam waktu 10 tahun desa Sayumsabah berhasil ”recovery” menumbuhkan harapan rakyat menghijaukan daerah aliran sungai.

Tanggal 22 April tahun 2000 ketika diselenggarakan peringatan Hari Bumi di desa Sayumsabah, dipinggiran Lau Tani (baca ; Sei Deli) di kecamatan Sibolangit, orang kampung sekitar Lau Tani tumpah ruah. Banyak acara digelar seperti menabur benih ikan, lomba lukis anak-anak SD, pesta makan lemang, lomba mengarang, diskusi konservasi dan gotong royong bersih sungai. Acara yang dihadiri pejabat kabupaten dan propinsi itu berlangsung meriah. Dari kegiatan bersih sungai diperoleh data bahwa pada setiap kilometer panjang sungai terdapat sampah 934 kg (0,93 ton) yang terdiri dari jenis plastik, kaca, dan kaleng. Bisa dibayangkan jika dalam 1 kilometer ada 934 kg sampah maka disepanjang sungai hingga kelaut 60 km akan dijumpai 56.040 kg sampah. Hasil analisa kimia air, di laboratorium di 10 titik sepanjang 20 km dari mulai Sayum Sabah disimpulkan bahwa air sungai mengandung bakteri E.Coli melampaui ambang batas normal baku mutu lingkungan.

Pola polikultur yang dimulai tahun 1998 mengalami klimaks pada tahun 2000. Hari bumi 22 April 2000, Gubernur Sumut, Rizal Nurdin merasakan nikmat ikan tawes yang dikembangkan di sungai Deli. Selain itu gubernur berkenan memetik buah kakao yang ditanam dengan pola polikultur juga ada panen pisang, durian, manggis dan lain-lain. Langkah penyelamatan DAS yang semula dicanangkan di desa Sayumsabah dengan luas pilot area 5 hektar di Training Center Sayumsabah, berkembang mencapai 50 ha. Keberhasilan ini kemudian di ikuti desa-desa lain sekitar di kecamatan Sibolangit seperti Rambung baru, Salabulan, Bengkurung, Kuala, Betimus, hingga merembet ke kecamatan lain seperti Kutalimbaru, Namorambe. Kini setelah 10 tahun berlalu ribuah hektar daerah water cathment berhasil ditanami dengan tanaman bernilai ekonomis dan ekologis.


2. Topografi Sei Deli

Sei Deli yang ditaksir memiliki panjang sekitar 80 km sejak dari hulunya di desa Semangat Gunung, Lau debuk-debuk di kaki gunung Sibayak kabupaten Karo. Aliran sungai ini berhenti di muara di wilayah kelurahan Bagan Deli, Belawan di pantai Selat Melaka. Dari segi topografi daerah aliran sungai ini dapat dibagi 3 bahagian yaitu a. dataran pesisir, b.dataran datar dan c.dataran tinggi. Secara ringkas tentang topografi sei Deli dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dataran pesisir

Dataran pesisir mulai dari bibir pantai hingga wilayah yang masih terpengaruh pasang atau perairan payau (tidal/swamp area), wilayah dataran pesisir secara administratip masuk kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, hingga mendekati Medan pulo Berayan. Ketiga kecamatan ini merupakan daerah padat penduduk, dan tempat berkembangnya industri yang terkenal dengan sebutan KIM (kawasan industri Medan). Posisi wilayah pesisir berada di hilir kota Medan sekarang. Menurut sejarah, dapat dipastikan bahwa daerah delta sungai Deli yang bermuara di sungai Belawan adalah wilayah bandar kuno yang sangat penting sejak abad 13. Bahkan dahulu merupakan bandar dari kerajaan haru, dan kemudian pusat dari kerajaan Deli yang didirikan Tuanku Gocah Pahlawan 1640 M. Wilayah Sei Deli dibagian peisisir adalah tempat dimana akumulasi cemaran menumpuk jadi satu. Menurut catatan Pusat Penelitian Sumber Daya Alam USU tahun 1983 bahwa kerang yang dihidup di perairan muara sei Deli telah mengandung logam berat (Mercury) yang mendekati ambang batas dan berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus.

b.Dataran datar

Bahagian dataran datar sei Deli secara administratip meliputi wilayah Medan Berayan, Medan Petisah, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Johor, hingga sebahagian kecamatan Namorambe dan Delitua. Beberapa titik penting yang sekarang ada di daerah aliran dataran datar ini antara lain daerah Berayan kota, kantor walikota, kantor DPRD Medan dan DPRD propinsi, RS Gleanagles, Hotel Danau Toba, Kampung Aur, Istana Maimun, kebon binatang kampung baru, pemandian putri hijau dan pengolahan air bersih Tirtanadi di desa Pamah Delitua. Mengapa titik tersebut dikatakan penting karena disana ada simpul-simpul kegiatan baik ekonomis, ataupun politis yang berpengaruh terhadap rona Sei Deli. Ambil contoh Berayan Kota adalah pusat kecamatan dimana kawasan industri Medan berada. Kawasan industri Medan disebut sebagai penyumbang pencemaran terbesar terhadap Sei Deli. DPRD Sumut, DPRD Medan maupun kantor walikota adalah pusat aktifitas politis yang berpengaruh langsung atas hitam atau birunya sei Deli. Rumah sakit dan hotel yang dibangun persis ditepi sungai Deli bisa dichechk apakah telah menjadi contoh usaha yang berwawasan lingkungan. Pemandian putri hijau dikawasan Pamah dekat Delitua, dan Istana Maimun merupakan situs purbakala yang mewakili legenda sei Deli yang pernah jaya dan menjadi bandar masyhur pada zaman bahari. Titik penting terakhir dikawasan datar yaitu instalasi pengolahan air bersih milik PDAM Tirtanadi di Pamah Delitua, adalah barometer apakah kondisi mutu air Sei Deli masih lestari atau semakin turun kualitasnya.

c. Dataran Tinggi

Bahagian dataran tinggi daerah aliran Sei Deli secara administratip meliputi kecamatan sebahagian Deli Tua, Namorambe, Sibolangit, dan kecamatan Berastagi. Daerah ini merupakan wilayah dengan dataran bergelombang, berbukit, hingga bergunung. Wilayah ini adalah daerah tangkapan air (catchment area) yang sangat menentukan kelangsungan hidup Sei Deli. Banyak sekali anak sungai atau sub DAS Deli berada di wilayah tangkapan air seperti sub DAS Betimus di Sembahe, sub DAS Trepes, sub DAS si Memei, diwilayah Sibolangit. Dibahagian hulu sungai Deli dijumpai jeram atau air terjun si Kulikap dengan ketinggian tidak kurang dari 100 meter di desa Doulu. Pada umumnya wilayah dataran tinggi DAS Deli dihuni oleh masyarakat Karo. Banyak desa dijumpai mulai dari mata air diseputar Tahura Bukit Barisan antara lain desa Semangat Gunung, Lau debuk2, Doulu, Sikeben, Salabulan, Permandin, Sarang Punai, Bengkurung, Penungkiren, Kuala, Betonding, Sayum Sabah, Sayum Gugung, Namo Batang, Namo Pinang, hingga kecamatan Namorambe.


3. Keterancaman Daerah Aliran

Tiga dataran sei Deli mulai dari pesisir, dataran datar ataupun dataran tinggi mempunyai karakter keterancaman yang berbeda dan derajad yang berbeda pula. Dataran pesisir terancam berat oleh limbah pabrik dan limbah domestik. Penelitian PSDAL USU tahun 1983 membuktikan bahwa kerang yang ditangkap di muara Sei Deli telah mengandung logam berat. Didaerah dataran (basin) sungai ini mengalami tekanan limbah domestik, limbah kota dan rumah tangga. Pada dataran tinggi sungai ini mengalami keterancaman erosi akibat penggundulan tutupan hutan dan lahan. Jaya Arjuna (2004) menyatakan bahwa hutan-hutan seputar gunung Sibayak sangat menurun daya dukungnya akibat pengambilan secara intensif tanah humus (serasah) yang berfungsi menahan erosi. Puluhan ton humus diangkut sebagai bahan pengganti pupuk dari hulu sei Deli setiap hari. Akibatnya ecosystem sungai ini rusak yang dapat dilihat dari kontrasnya perbedaan debit dimusim kemarau dan musim hujan. Intensitas erosi yang tinggi biasanya dipengaruhi ; iklim, topografi, vegetasi, jenis tanah, dan manusia. Dapat dipastikan erosi yang ada di sei Deli merupakan tindakan manusia yang kurang bijak dalam menangani pengelolaan lingkungan hidup. Peristiwa banjir bandang pada tahun baru 2011 adalah reaksi nyata Sei Deli yang telah menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Pada tulisan ini telaah keterancaman sei Deli lebih difokuskan pada daerah aliran dataran tinggi atau daerah tangkapan air (water catchment). Daerah ini diperkirakan terjadi pada altitude 300 – 600 m dpl. Daerah yang secara administratip meliputi kecamatan Namorambe, Delitua hingga Sibolangit. Penduduk di DAS dataran tinggi ini mayoritas adalah suku Karo, Batak Toba, dan sedikit suku lainnya. Pengamatan selama 10 tahun yang dilakukan di daerah ini benar-benar mengalami keterancaman serius yang dapat ditandai antara lain :

1. Penebangan pohon tanpa tanam kembali
2. Kultur Teknis tanpa konservasi
3. Perdagangan Satwa liar dilindungi
4. Penggunaan racun (kimia) dalam menangkap ikan
5. Pembuangan sampah domestik
6. Penambangan pasir dan batu (galian C) tanpa aturan
7. Rendahnya penegakan hokum (law enforcement)
8. Inisiatif lembaga swadaya masyarakat rendah
9. Sentuhan Perguruan Tinggi kurang

Penebangan pohon ; Jenis pohoin yang secara umum ditebang di daerah tangkapan air sei Deli antara lain pohon durian, kemiri, terap (bendo), dan rambai. Pohon durian merupakan penghasil kayu primadona pengganti kayu meranti yang kian langka didapat. Kayu durian yang berwarna merah memang mirip meranti dan sangat diminati pengrajin meubel. Akibatnya jumlah kayu durian yang ditebang setiap waktu meningkat terus dan tidak seimbang dengan penanaman kembali. Kayu kemiri meskipun tidak termasuk kayu kelas baik, akan tetapi diminati bagi pengrajin kotak untuk kemasan angkutan buah. Pohon kemiri yang relatif cepat tumbuh dan toleran terhadap tanah kritis sangat baik menahan erosi pada lereng-lereng yang bersudut elevasi diatas 30 derajad. Akan tetapi pohon kemiri diwilayah catchment sei Deli semakin banyak ditebang dari pada ditanam kembali. Kayu terap (bendo) sangat dipercaya penduduk sebagai kayu yang berkualitas dan tidak dimakan bubuk. Kayu ini hanya tumbuh secara alami dan umurnya lama untuk menghasilkan ukuran balok. Pohon terap ditebang, tapi tidak ditanam kembali kecuali mengharapkan dibesarkan alam. Demikian halnya dengan pohon-pohon lain seperti petai, rambai, manggis, aren dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa upaya sadar untuk menanam pohon di tangkapan air sei Deli sangat kecil dibandingkan dengan tindakan menebang pohon-pohon yang ada.

Kultur teknis atau budidaya menanam didaerah tangkapan air sungai Deli tidak menggunakan sistem konservasi. Pada umumnya kepemilikan lahan di DAS Deli maupun di sub DAS adalah tanah keluarga yang dimiliki marga secara kolektip. Sistem terasering maupun cara lain yang melindungi erosi belum menjadi budaya masyarakat. Pada umumnya penanaman pohon maupun tanaman palawija dilakukan secara tradisionil sejak turun menurun.

Satu hal yang sangat mencolok disekitar kampung-kampung DAS Deli bahwa masyarakat menangkap dan memperdagangkan satwa liar dan langka. Tanpa mengerti manfaat satwa dalam pelestarian alam mereka menjajakan satwa dipinggir jalan kepada orang yang lintas. Jenis satwa yang setiap hari dapat dibeli didaerah itu antara lain ; kalong, monyet, trenggiling, elang, pukang, musang, berbagai jenis burung dan sesekali ular atau biawak. Fungsi hewan langka dalam melestarikan lingkungan hidup tidak begitu dimengerti masyarakat. Apa hubungan kalong dengan ekosistem pohon durian. Apa fungsi monyet terhadap penyebaran biji ataupun fungsi musang dalam pertumbuhan aren. Kegiatan menangkap dan perdagangkan hewan- hewan liar tanpa kontrol yang terus terjadi dan menyumbang kerusakan daerah tangkapan DAS Deli. Ada fungsi satwa liar untuk menjaga ecosystem dengan cara menyebarkan biji2an. Sayangnya semakin hari jumlah manusia yang memanfaatkan hewan2 liar di DAS Deli semakin bertambah dan semua itu menjadi pemicu kerusakan DAS lebih besar lagi.

Penggunaan zat kimia untuk menangkap ikan di sungai Deli merupakan ancaman serius. Jenis bahan kimia Thiodan, air mas, dan berbagai pestisida telah menambah ancaman bagi ekosistem basah. Dilain pihak penggunaan arus listrik (setrum) acap kali dilakukan orang untuk mendapatkan ikan. Jenis ikan yang semakin langka di sei Deli adalah jurung, lemeduk, dan tawes. Jenis ikan yang masih sering diperoleh pemancing adalah ikan sili, baung, dan cencen.

Sampah domestik di wil;ayah hulu sudah dijelaskan pada awal tulisan ini. Tak kurang 934 kg dalam setiap kilometer panjang sungai adalah sampah plastik, kaca dan kaleng. Limbah domestik sampah ini tidak saja diproduksi oleh penduduk yang tinggal ditepian sungai, akan tetapi juga para pelancong yang setiap hari minggu memadati sungai ini untuk berekreasi. Kesadaran bahwa kantongan plastik yang hanyut dan menutup batu-batuan akan membuat lumut tidak tumbuh disana dan itu berarti melenyapkan makanan bagi ikan-ikan yang memerlukan makanan.

Penambangan galian C seperti pasir dan batu terus berlanjut dibagian tertentu sungai deli wilayah hulu. Ditambang atau tidak batu yang ada biasanya kerkaitan dengan ada tidak adanya akses jalan. Sepanjang masih bisa dibangun jalan untuk mengangkut bahan-bahan galian orang akan mengangkut bahan tambang tanpa memperhitungkan dampak terhadap keseimbangan lingkungan sungai.

Penegakan hukum (law enforcement) tidak begitu berkembang. Hampir tidak ada larangan atau maklumat sebagai tanggung jawab atas lingkungan dijumpai disepanjang DAS Deli bahagian hulu. Di kota Medan khususnya di dinding jembatan sungai Deli sering ada peringatan dilarang buang sampah, atau kalimat “ sungai ini bukan tong sampah, mari kita lestarikan”. Untuk daerah hulu peringatan atau himbauan tentang perlunya menjaga kelestarian sungai nyaris tidak pernah dijumpai.

Inisiatip lokal dalam upaya penyelematan DAS Deli kelihatannya sangat rendah. Sejak tahun 2000 Yayasan Ekowisata dan Bitra di Medan memprakarsai terbentuknya FMPS (Forum Masyarakat Pelestari Sungai) di kecamatan Sibolangit. Pengembangan kesadaran masyarakat disepanjang DAS Deli bahagian hulu dilakukan melalui taman bacaan rakyat. Yayasan Pakta di Jakarta bersama perusahaan Coca cola mencoba membantu bahan ajar melalui taman bacaan rakyat tersebut. Studi banding untuk menyaksikan pola lubuk larangan dilakukan. Akan tetapi dilihat dari kemajuan pola pikir rakyat inisiatip masyarakat dalam pelestarian sungai relatif sangat rendah.

Perguruan tinggi juga kurang melakukan penelitian maupun pengabdian masyarakat. Walaupun wilayah DAS sangat dekat dengan kota Medan dimana banyak terdapat Perguruan Tinggi, namun interaksi akademisi masih kurang dilakukan.

Dari gambaran diatas pernyataan bahwa DAS Deli dalam keterancaman yang serius bukanlah hal yang tidak berdasar. Kesembilan ancaman diatas jelas sangat memerlukan perhatian dan upaya untuk menghentikan atau mengurangi secara konseptual, terencana, partisipatif dan berkelanjutan. Peran pemerintah dan masyarakat yang cinta sungai dan berkepentingan dengan DAS harus ditingkatkan. Perlu diketahui bahwa DAS Deli Sibolangit adalah sumber air PDAM Tirtanadi kota Medan. Keberadaan forum DAS Wampu-Ular perlu mempertimbangkan agenda kerjanya mengembangkan contoh-contoh sukses untuk menjawab permasalahan daerah aliran sungai di lapangan.

4. Perlu Replikasi Pola Polikultur di Daerah Aliran Sungai

Melihat keterancaman yang terjadi di DAS lain yang derajadnya semakin meningkat dari waktu kewaktu setidaknya diperlukan langkah perioritas. Langkah pertama adalah “membangun inisiatip lokal agar tumbuh kesadaran atas ancaman kerusakan DAS”.

Peremajaan pohon diwilayah hulu merupakan prioritas kedua. Pola perencanaan partisipatif adalah metode yang paling tepat untuk menghindarkan adanya perasaan masyarakat di intervensi penduduk luar. Pola polikultur yang dikembangkan masyarakat Sayumsabah, adalah sebuah contoh yang berhasil (best practice) yang dapat direplikasi disepanjang daerah alirannya dan DAS lain.

Penegakan hukum untuk mengurangi laju pemusnahan satwa langka dan penambangan galian C yang tak berwawasan lingkungan perlu ditegakkan. Undang-Undang Lingkungan Hidup, UU sumber daya air, UU tentang Perikanan perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar rantai ecosystem daerah aliran sungai tidak terputus.

Dalam hal budidaya tanaman, penyuluhan tentang pola bercocok tanam atau kultur teknis yang menerapkan kaidah-kaidah konservasi dan selaras alam perlu ditingkatkan terus. Namun disamping kultur teknis ataupun penegakan hukum yang perlu dilakukan, penyadaran masyarakat sebagai langkah perioritas.

Selama kurun waktu 2005-2009 di Medan pernah ada lembaga international USAID melakukan program penanganan Sei Deli dibawah ESP (Environment Support Program), barangkali temuan-temuan mereka dapat juga dipelajari untuk keberlanjutan konservasi.

PENUTUP

Satu hal yang perlu dicatat, bahwa penyelamatan DAS tidak boleh hanya dipikul pemerintah, tetapi harus melibatkan komunitas lokal. Untuk menuju pembangunan berkelanjutan. Sesungguhnya adalah masyarakat DAS merupakan subyek utama. Dari Masyarakat Sayumsabah dapat diketahui ”milestone” suatu kerjasama dengan pihak luar. Langkah selanjutnya ”REPLIKASI” agar sebaran keberhasilan menjadi luas. Tentu diperlukan mediator, motivator, akselerator dan fasilitator untuk pendampingan masyarakat. Pendamping tersebut dapat diambil dari relawan baik dari Perguruan tinggi, maupun LSM yang profesional. Fakultas Pertanian adalah leading institution yang punya kompetensi untuk ambil bagian dalam persoalan ini. Forum DAS dapat menjadi motivator dan akselerator agar succes story dapat dikembangkan di Sumatera Utara.

Mudah-mudahan momentum Seminar Nasional yang diprakarsai FOKUSHIMITI dan Fakultas Pertanian USU menjadi salah satu trigger penyelamatan daerah aliran sungai, maupun komponen lingkungan secara umum.



Medan 22 Januari 2011


Ir. H. Soekirman









MANAJEMEN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
oleh: M. Rachmat Adiwiganda

I. PENDAHULUAN

Tiga Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi di Indonesia:
- Pertama, pembangunan diarahkan untuk mengejar target laju pertumbuhan ekonomi yang setinggi- tingginya.
- Kedua, pembangunan dilaksanakan dimana sektor industri menjadi sektor andalan.
- Ketiga, pembangunan dipacu dengan berorientas pada perekonomian eksternal (outward looking strategy) à Pembangunan pertanian tidak menjadi titik berat dalam Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi di Indonesia !!
Data faktual !!
 Pertumbuhan ekonomi tinggi telah terbukti
menimbulkan degradasi kapasitas produksi
maupun kualitas lingkungan hidup.
Sangat ironis !!
 Sektor pertanian hanya diperankan sebagai
penunjang dan pendukung pembangunan
nasional dan bukan sebagai andalan atau titik
berat pembangunan (diumumkan secara resmi
melalui buku pembangunan nasional jangka
panjang)
Apa tugas kita?
 Sektor pertanian harus direposisi dari sektor
penunjang menjadi sektor andalan perekonomian
nasional.

II. PERTANIAN BERKELANJUATAN

1. Definisi
 Pembangunan berkelanjutan: manajemen dan konservasi sumberdaya alam yang ber-orientasi pada perubahan teknologi serta kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun generasi mendatang (FAO 1989).
 Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture): suatu kegiatan terintegrasi dalam pertanian meliputi konservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial (FAO, 1989).






2. Tiga Pilar Pembangunan Pertanian berkelanjutan (3P)















Skenario siklus malapetaka kemelaratan



III. SISTEM MANAJEMEN LAHAN

Sistem manajemen lahan dalam era “sustainable agriculture” harus mengikuti kaidah GAP sbb:
 Persiapan dan pemeliharaan lahan yang mentaati kaidah konservasi tanah dan air,
 Aplikasi bahan organik pada tanah-tanah yang kadar bahan organiknya rendah (<2%),  Penggunaan bahan organik-hayati pada lahan-lahan tidur,  Menyadari perlunya penggunaan “soil conditioner”,  Membatasi (jika mungkin: menghindari) penggunaan bahan (pupuk atau pestisida) yang dapat mencemari tanah dan lingkungan,  Pengelolaan lahan sesuai kondisi tanah & kelas lahan, Good Agriculture Practices (GAP) & Ecolabel  GAP : adalah pelaksanaan praktek pertanian yang baik yang didasarkan kepada pelaksanaan secara utuh dari kaidah pertanian berkelanjutan yang merupakan misi bersama komunitas internasional. Setiap negara, lembaga-lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan.  ECOLABEL: adalah label dari suatu usaha agribisnis yang memenuhi Standar GAP. Fungsinya antara lain agar usaha tersebut memiliki keunggulan bersaing. Ecolabel diakui secara internasional karena diterbitkan oleh lembaga independen yang bereputasi internasional. IV. AGROFORESTRY 1. Definisi  Agroforestry (menurut World Agroforestry Centre): adalah sistem penggunaan tanah (land use) dimana tanaman tahunan berkayu diintegrasikan dengan pertanian tanaman pangan dan/atau peternakan pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama. Pengintegrasiannya dapat dilakukan dengan sekwen ruang atau waktu. Antara tanaman berkayu dengan usaha lainnya tersebut harus dapat berinteraksi, baik secara ekologi maupun ekonomi. Sistem land use Agroforestry harus juga memenuhi kaidah GAP. 2. Manfaat sistem Agroforestry a. Manfaat terhadap tanah dan lahan > Mencegah erosi tanah,
> Memperbaiki struktur tanah dan menambah
kandungan bahan organik serta meningkatkan
kandungan hara tanah,
> Meningkatkan hasil pertanian,
> Menyediakan lahan produktif untuk generasi
mendatang, dan
> Mengamankan lahan sehingga kondisi
lingkungan terpelihara secara lestari.

b. Manfaat terhadap petani peserta agroforestry
> Meningkatkan daya nalar petani dalam mengembangkan suatu sistem
yang bersifat terpadu dan lebih kompleks sehingga dapat berfikir lebih
maju,
> Meningkatkan pendapatan dan memperbaiki standar kehidupannya,
> Merubah kebiasaan dari cara tebang-bakar dalam sistem shifting
cultivation ke arah sistem pertanian menetap, sehingga dapat
mengurangi pengrusakan lahan.
c. Manfaat agroforestry bagi masyarakat lainnya
> Berdampak positif terhadap stabilitas ekonomi suatu daerah atau
kawasan
> Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya yang
disediakan oleh pemerintah dengan segala sistem birokrasinya.

3. Agroforestry dan Otonomi Daerah
Dalam rangka Otonomi Daerah, setiap pemerintah daerah selayaknya segera menyusun konsep agroforestry ini karena akan berdampak positif terhadap daerah antara lain:
à Meningkatkan pendapatan petani atas kreativitasnya
sendiri,
à Dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD), dan
àMengurangi atau menghilangkan terjadinya bencana alam.

4. Agroforestry di Lahan Marjinal
Sistem agroforestry akan lebih bermanfaat jika diaplikasikan pada lahan marjinal dan/atau lahan kritis:
> Tanah-tanah LAC (Liat Beraktivitas Rendah),
> Tanah-tanah Gambut,
> Tanah Sulfat Masam (Aktual atau Potensial),
> Tanah-tanah bergaram,
> Tanah-tanah berbukit (terjal),
> Lahan beriklim agak kering sampai kering

4. Jenis-jenis Agroforestry
a. Tanaman Lorong (alley cropping)
• Cara: Tanaman pertanian ditanam dalam bentuk lorong (strip) di antara pohon hutan/belukar,
• Keuntungan: kelembaban dan kesuburan tanah tetap terjaga, pohon hutan menghasilkan kayu dan kadang-kadang buah-buahan atau obat-obatan, tanaman hutan juga menghasilkan mulsa, sedangkan tanaman pertanian menghasilkan bahan makanan, erosi dapat dicegah, dan terpeliharanya diversitas fauna/flora.


Gbr .Tanaman Lorong (alley cropping)



b. Ladang Hutan (forest farming)
• Cara: tanaman hutan diperankan sebagai pelindung, cara ini disebut juga sistem pelindungan (shade systems), sifatnya berkelanjutan, terintegrasi antara tanaman hutan berkayu dengan bukan kayu yang diset sebagai hutan (bukan lorong). Tanaman yang tidak berkayu biasanya seperti cendawan yang dapat dikonsumsi, pakisan, ginseng, pasak bumi, vetifer dll.
• Keuntungan: kelembaban dan kesuburan tanah tetap terjaga, pohon hutan menghasilkan kayu dan kadang-kadang buah-buahan atau obat-obatan, tanaman hutan juga menghasilkan mulsa, erosi dapat dicegah, dan terpeliharanya diversitas fauna/flora.


Gbr. Forest Farming (Ladang Hutan: pohon hutan dan tanaman strowberry)


c. Windbreaks (shelterbelts)
• Cara: Pohon berkayu ditanam dalam bentuk barisan tunggal (single) atau majemuk (multiple) di sepanjang batas lapangan yang berfungsi untuk menahan terpaan angin terhadap tanaman pertanian atau peternakan.
• Keuntungan: Dapat mengurangi pengaruh angin sejauh 10 kali tingginya pohon hutan, erosi air dan angin dapat dikurangi, menciptakan kelembaban, iklim mikro lebih nyaman untuk tanaman, dapat menahan salju dan tanaman/peternakan musim dingin di musim winter, merupakan tempat permanen bagi insekta berguna, dan meningkatkan proteksi tanaman.


Gbr. Windbreak (shelterbelt)




d. Riparian Buffer (filter) Strips
• Cara: Pepohonan atau belukar (dan juga rerumputan) ditanam di kiri-kanan sepanjang aliran sungai .
• Keuntungan : memelihara kualitas air, dapat menahan tanah untuk tidak tererosi, menahan kelebihan nutrisi dan residu pestisida yang ditransportasikan di permukaan tanah sebelum memasuki aliran air sungai, menstabilkan gigir sungai, memelihara drainase tanah.




e. Silviculture (silvopasture)
• Cara: adalah suatu kombinasi antara penggembalaan ternak (lembu, kambing, lebah madu, dll.) dengan tanaman pepohonan atau belukar yang trerpelihara secara aktif.
• Keunggulan: dapat dibuat di lahan petani atau kehutanan, dapat juga dilakukan atas kerjasama kehutana dengan pengusaha peternakan, menyuburkan tanah, menambah penghasilan dan kesejahteraan.
e. Silviculture (silvopasture)
• Cara: adalah suatu kombinasi antara penggembalaan ternak (lembu, kambing, lebah madu, dll.) dengan tanaman pepohonan atau belukar yang trerpelihara secara aktif.
• Keunggulan: dapat dibuat di lahan petani atau kehutanan, dapat juga dilakukan atas kerjasama kehutana dengan pengusaha peternakan, menyuburkan tanah, menambah penghasilan dan kesejahteraan.



Gbr. Silvopasture (silviculture)


PENUTUP

Pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah bagian dari elemen penting dalam pembentukan struktur ekonomi nasional yang kokoh dan lentur (luwes) terhadap pengaruh eksternal.

Dan Sistem pertanian Agroforestry memberikan dampak positif terhadap kemajuan (kesejahteraan) petani,Agroforestry dapat meningkatkan PAD,Agroforestry dapat memelihara kelestarian lingkungan Agroforestry di lahan marjinal perlu pengelolaan spesifik





Medan 22 Januari 2011


M. Rachmat Adiwiganda













MANAJEMEN ORGANISASI
Oleh :Erwin Nyak Akoeb *)

1. Human Capital sebagai Aset Utama
PERAN MANUSIA DALAM ORGANISASI
Manusia Sebagai Aset Utama
‘” First we make people, then we make product” (Konosuke Matsushita)
“ Asset only make possibility, but people make it happen”













2. Perubahan dan Dampaknya
TIDAK SEMUA ORANG SIAP UNTUK BERUBAH
Manusia Enggan Berubah









1. Perubahan >< Kepastian 2. Ketidakpastian >< Keamanan, Kenyamanan
3. Perubahan = Ancaman!
*) Pendiri IMILTA FP USU tahun 1981, Ketua IMILTA FP USU Periode Pertama, Ketua Masyarakat Konservasi Tanah (MKTI) cabang SUMUT, anggota HITI, Staf Pengajar FP UISU dan LPP Medan serta Senior Manager di PTP Nusantara II- Medan
Perubahan Vs Budaya Organisasi
Salah satu pengawal yang diperluka apabila perusahaan ingin survive menghadapi perubahan adalah memiliki dan menerapkan :
Budaya Organisasi / Corporate Culture yang unggul

3. Budaya Organisasi

Sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambugan, berfungsi sebagai system perekat, da dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Aspek Budaya Organisasi
1. Sistem nilai yang diyakini semua anggota organisasi
2. Dikembangkan secara berkesinambungan
3. Sebagai system perekat
4. Dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi

Fungsi Budaya Organisasi
1. Pembeda antar organisasi
2. Identitas dari anggota-anggota organisasi
3. Komitmen hingga batasan yang lebih luas
4. Mendorong stabilitas system social
5. Pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan

Korporasi dengan Budaya Organisasi
 Hanya korporasi yang berbudaya –organisasi yang menjadi korporat yang mempunyai keunggulan, baik dalam berprestasi dan dalam mentransformasi diri
 Dengan melakukan akulturasi budaya organisasi, selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, juga menjadi penentu sukses perusahaan
 “There is increasing evidence that firms with effective corporate cultures claim to have increased productivity, increased employees sense of ownership and increased profit.” (Block, Barbara 1994).

Dimana Budaya Organisasi berada?
Bagian yang Tampak
• Bentuk gedung dan layout ruangan
• Cara berpakaian
• Cara berkomunikasi
• Gaya Kepemimpinan
• Cara mengambil keputusan
• Cara pembagian kewenangan

Bagian yang Tidak Tampak
• Keyakinan
• Nilai-nilai
• Perasaan
• Harapan / Impian
• Harga diri
• Paradigma

Ada lain dari perusahaan yang peting, namun kurang mendapatkan perhatian yang memadai yaitu Budaya Organisasi. Saya sendiri mengakui bahwa hal itu “wajar” mengingat budaya ibarat bagian yang terbenam dari suatu Gunung es

Budaya Organisasi Unggul
• BOU adalah “suatu kondisi di mana suatu organisasi atau perusahaan sudah mempunyai system nilai-nilai yang unggul, serta telah diyakini oleh semua anggota organisasi, diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan, dan secara sadar menjadi system perekat, untuk dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.


• BOU maturity condition dari suatu organisasi yang telah memiliki dan menjalankan budaya organisasi



Beberapa Contoh Budaya Organisasi Unggul

Dalam usaha untuk mengadakan studi banding beberapa perusahaan yang sudah maju dalam menerapkan Budaya Organisasi Unggul, ada beberapa contoh yang dapat diteladani, antara lain :
1. Singapore Airlines
2. Mac Donald’s Singapore
3. BRI

Selain daripada penampilan Budaya Organisasi yang berjalan, akan dipaparkan pula beberapa contoh kejadian, bagaimana pelaksanaannya benar-benar secara konsisten terjadi di lapangan.

Budaya Organisasi Singapore Airlines

 Integrity
 Pursuit of Excellence
 Concern for Staff

Budaya Organisasi Mc Donald’s Singapore

 We approach all asoect of our busiess with honesty and integrity
 We are dedicated to providing customers on paralleled level’s of Quality, Service, Cleanliness, and Value.
 We believe in the “three legged stool”, the partnership of our owner, operators, employees, and suppliers working
 We are committed to franchising
 We lead through innovation
 We grow the business for our shareholders
 We are committed to our people

Budaya Organisasi BRI

Bertaqwa, penuh dedikasi, jujur, selalu menjaga kehormatan dan nama baik, serta taat pada Kode Etik Perbankan dan Peraturan yang berlaku.

Bertanggungjawab, efektif, efisien, disiplin dan berorientasi ke masa depan dalam mengantisipasi perkembangan, tantangan dan kesempatan.

Memenuhi kebutuhan dan memuaskan nasabah dengan memberikan pelayanan yang terbaik, dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan, SDM yag terampil, ramah, senang melayani dan teknologi unggul.

Memberikan panutan yang konsisten bertindak adil, bersikap tegas, da berjiwa besar.

Merekrut, mengembangkan dan mempertahankan SDM yang berkualitas, memperlakuka karyawan berdasarkan kepercayaan, keterbukaan, keadilan, dan saling menghargai. Mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan. Memberikan penghargaan berdasarkan hasil kerja individu dan kelompok

4. Peran Pemimpin sebagai Panutan

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

Memimpin adalah kewajiban, amanah, bukan hak, Pimpinlah dengan kebersihan nurani.

Dalam usaha untuk mampu memimpin perubahan dengan landasan Budaya Organisasi Unggul, peran Pemimpin sangat menentukan.

Pemimpin harus mampu menjadi motivator, mempunyai visi, nilai dan keberanian dalam meneladani dengan cermat sesuai dengan kompetensinya yang dilandasi oleh karakter kuat.

Leader lead only people, nothing else !

A good leader is not only Professional, but compassionate as well!


Apakah makna dari compassionate leadership ?


Makna Compassionate Leadership

Maknanya adalah :
1. Pimpinlah dengan penuh kasih saying terhadap bawahan.
2. Didalam memimpin tersebut seorang pemimpin selalu berniat untuk membimbing, memajukan dengan mendidik bawahannya. Dia tidak khawatir bahwa bawahannya akan “mengalahkan” dia karena ilmu yang diturunkannya.
3. Mampu bertindak sebagai orang tua, guru dan sahabat bagi bawahannya sesuai dengan proporsinya.
4. Menghadapi situasi kritis, selalu melindungi bawahannya, bukan mengorbankannya
5. Mampu membedakan antara domain profesi dengan domain pribadi bawahannya. Dia tidak rancu dalam berhubungan dengan bawahannya

Contoh :

Seorang Pemimpin harus mampu bersikap tegas. Dia harus bisa marah. Tetapi kemarahannya harus terukur dan terstruktur. Dalam kemarahannya tersebut dia harus mampu mengatur emosiya, sehingga dia mampu membedakan mana domain profesi dan mana domain pribadi bawahannya. Tidak dibenarka seorang pemimpin sejati rancu dalam posisinya pada waktu menegur bawahannya. Serendah apapun pangkat bawahan, dia mempunyai harga diri pribadi yag harus dihormati. Dalam praktek keseharian :
Pemimpin sebagai Panutan

Leadership :
Ada beberapa peran strategis dalam hal kepemimpinan untuk membangun Budaya Organisasi, antara lain adalah :

1. Bertindak sebagai panutan, (Role Model). Seorang pemimpi yang konsisten sikapnya dalam membangun Budaya Organisasi, akan diikuti oleh para anggotanya. Dalam bahasa Inggris dikeal istilah, walk the talk. Satu bahasa perkataan dengan perbuatan.
2. Selain memberi contoh, seorang pemimpin wajib hukumnya untuk melatih dan mengembangkan bawahannya (coaching and developing).
3. Demikian pula, pemimpin yang baik akan menampilkan suatu pola piker positif (positive mind-set), karakter yang kuat dan matang (strong and mature character) da gaya yang menarik (attractive style)
- tidak boleh sakit (kalau sakit tutupi, harus tegar, tidak boleh mengeluh Style
- Positif thinking

Akibat Lanjutan dari Leadership maka terciptalah

I. Sense of Direction (Arah yang jelas)
Suatu Organisasi akan berhasil apabila anggotanya mengerti akan arah dari organisasi tersebut, dan hal itu meliputi :

1. Fokus, dalam arti bahwa arah dari organisasi tersebut jelas dan dapat dimengerti serta diikuti seluruh anggota organisasi tanpa keraguan.
2. jelas, dengan kepemimpinan yang kuat, maka arah dari organisasi dapat dimengerti secara jelas oleh para anggotanya. Semua itu akan lebih berarti apabila ada dokumen resmi, mengenai visi, misi dan strategi organisasi dalam mencapai sasarannya.
3. Penuh tantanga. Tujua dan arah dari organisasi, dalam rangka menghadapi perubahan haruslah dapat dirasakan sebagai sesuatu yang penuh dengan tantangan, tidak sekedar gerakan rutin dan hanya sebagai engikut dari organisasi lainnya.

II. Climate (Suasana Kerja) :
Dalam kaitan dengan suasana kerja, maka beberapa hal yang mendukungnya dan sangat berpengaruh pada pengembangan Budaya Organisasi antara lain adalah :

1. Kekompakan, yang kemudian akan menghasilkan keterbukaan, keadilan, kebersamaan dll.
2. Mempunyai rasa memiliki dan memelihara terhadap organisasi. Suasana kerja yang kondusif akan menimbulkan rasa memiliki yag dalam dari para anggota organisasi
3. Adanya rasa menyatu sebagai suatu kelompok yang kuat, semacam rasa korsa yang mendalam, bahwa seseorang itu merupakan bagian dari organisasi dan bangga menjadi anggota organisasi

III. Kerjasama yang unggul (Positive Teamwork)

Orgaisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dengan demikian maka diperlukan suatu kerjasama yang unggul untuk mencapai sasaran. Hal-hal tersebut meliputi :

1. Nilai-nilai yang sama (Common Values), yaitu suatu nilai yang dipercaya dan diniati untuk dilakukan bersama didalam organisasi.
2. Mencapai sukses secara bersama-sama. Keyakinan bahwa tidak ada yang mencapai keberhasilan secara sendiri, merupakan pencerminan sikap kerjasama yang unggul.
3. Komunikasi dua arah. Dalam organisasi yang unggul selalu terlihat adanya komunikasi dua arah yang sifatnya win-win. Dalam komunikasi tersebut, terjadi saling menghargai pendapat orang lain meskipun berbeda pendapat.

IV. Sistem Nilai Tambah (Value-Add System)

Diperlukan suatu system yang akan mendukung organisasi yang meliputi :
1. Diperlukan suatu standar, proses dan teknologi yang berorientasi kepada pelaggan, kepada pasar (Customer oriented standards, processes, and technology).
2. Standar, proses dan teknologi haruslah luwes dalam menyesuaikan dengan keadaan (enabling standards, processes, and technology).
3. Dalam kaitan dengan pencapaian dan keharusan untuk memenuhi sesuatu termasuk sasaran, harus diciptakan suatu metoda yang terukur dan terstruktur agar tercapai pengukuran yang efektif. (effective measurement).

V. Struktur yang Luwes (Enabling Structure)

1. Dimungkinkan adanya pemberdayaan yang efektif (effective empowerment) meliputi, kewenangan, pengembangan, maupun kesempatan.
2. Terdapatnya alur komunikasi yang efektif (effective communications channels).
3. Birokrasi diperlukan namun yang bersifat wajar dan masuk akal (‘sensible’ bureaucracy).

VI. Kecukupan Kompetensi (Appropriate Competence)

1. Organisasi yang berkembang (learning organization). Organisasi akan lebih luwes apabila merupakan suatu struktur yang berkembang sesuai dengan perkembangan pasar.
2. Kompetensi yang berbeda-beda dalam organisasi diusahakan agar dapat saling mengisi dan sesuai serta saling mendukung (‘matching core competences).
3. Mampu berorientasi untuk pengembangan organisasi (growth oriented).

VII. Individu yang berkembang (Developed Individuals).

1. Anggota organisasi diberikan kesempatan untuk selalu belajar terus-menerus (continuous learning).
2. Anggota diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan dirinya, dalam kegiatan organisasi (opportunity for personal development).
3. Untuk pengembangan pribadinya, seorang anggota organisasi diberi kesempatan lebih, diluar tanggungjawab sehari-harinya (exposure).





VIII. Landasan Utama Frofesional Unggul


Menghormati waktu, tepat waktu, satunya kata dengan perbuatan, disiplin mengikuti perkembangan dengan belajar, dll.

Mencatat dan memperhatikan kejadian apapun yang dirasakan bermanfaat untuk dirinya, keluarga, maupun untuk lembaga tempatnya berkarya.

Selalu mengikuti dan memeriksa ulang apa yang telah dilakukan secara rapi, tepat dan teratur.



Manusia dilahirkan dengan kehormatan. Hormatilah seluruh titipan Allah dalam bentuk metal, ruh, jiwa, fisik dan intelegensia. (You are a professional, not a beggar).

Keluarga : pasangan, anak, orang tua, mertua
Profesi : rekan sekerja, atasan dan bawahan

lembaga keluarga, perusahaan atau instansi tempat berkarya, dan lembaga Negara, misalkan taat membayar pajak, patuh hukum dan lingkungan, menyelenggarakan usaha secara benar, dll.

6. Penutup

Demikian makalah Manajemen Organisasi ini disusun sebagai bahan dalam acara Seminar Nasional ini, semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi para pemegang amanah rakyat dalam rangka pencapaian pembangunan nasional dan daerah Sumatera Utara yang berkualitas.

Medan, 23 januari 2011



Erwin Nyak Akoeb


METODOLOGY BERFIKIR
Oleh : Hamdan, S.Pt. M.Si

Falsafah : Berpikir adalah kegiatan penalaran mengekpresikan pengalaman dengan maksud tertentu. Berpikir adalah sumber segala pengetahuan; sebaliknya pengetahuan memberikan umpan balik kepada berpikir, makin tinggi tingkat pengetahuan, makin tinggi taraf berpikir seseorang.



Tahapan Perkembangan Berfikir :

1. Tahap sensorimotor
• Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik, yang disebut dengan sensorimotor. Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak daripada pola-pola refleks.

2. Tahap praoperasional

• Berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara informasi sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, mereka masih belum mampu untuk melaksanakan apa yang disebut “operasi”-tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.

3. Tahap operasional konkret
• Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Misalnya, pemikiran operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelasaikan suatu permasalahan aljabar, yang terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.

4. Tahap operasional formal
• Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standard ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang dapat mereka lakukan. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.

Macam – Macam Berpikir

• Berpikir alamiah : adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.

• Berpikir ilmiah : adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan.

• Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.

• Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning).


• Berpikir Deduktif : merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan.

• Berpikir Induktif : ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis.

• Berpikir Evaluatif : ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.

• Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.

• Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.

• Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

• Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

• Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.

• Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

• Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.

• Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang belum pernah ada.

• Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau memutuskan atas dasar logika.









Kemampuan Berfikir






Demikian makalah Metodologi Berfikir ini disusun sebagai bahan dalam acara Seminar Nasional ini, semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi para pemegang amanah rakyat dalam rangka pencapaian pembangunan nasional dan daerah Sumatera Utara yang berkualitas.




















DAFTAR PESERTA PENGKADERAN NASIONAL

1. Nama : Said Jamalluddin Al Afgani
NIM : 06210002
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 8 April 1988
Hobby : Membaca dan Olahraga
Motto Hidup : Dimana Bumi dipijak disitu langit dijunjung
Email : Raden_Said_Alafgani@yahoo.co.id
Asal Institusi :Univ. Al-Azhar Medan

2. Nama : Eko Aprianto
NIM : 07210001
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 30 Maret 1989
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Bumi adalah makro tubuh kita adalah mikronya
Email : Crew_kroniz@yahoo.co.id
Asal Institusi : Univ. Al-Azhar Medan

3. Nama : Zainul Ashri
NIM : 07051010 20026
Tempat/Tgl. Lahir : Payalumpat, 28 Oktober 1988
Hobby : Olah raga
Motto Hidup : -
Email : zainul_ashri@yahoo.com
Asal Institusi :Univ. Syah Kuala

4. Nama : M. Akbar
NIM : 0705101020023
Tempat/Tgl. Lahir : Rikit Gaib, 25 September 1989
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Tetap Semangat
Email : Makbar1989@ymail.com
Asal Institusi : UNSYIAH








5. Nama : Agus Safriansyah
NIM : 0705101020015
Tempat/Tgl. Lahir : Banda Aceh, 3 Agustus 1987
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Jadilah diri sendiri
Email : Agsa_c@yahoo.co.id
Asal Institusi : UNSYIAH

6. Nama : Ihsan Zakirsyah
NIM : 05071002002
Tempat/Tgl. Lahir : Pangkalan Lampam, 11 November 1989
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Good is not enough
Email : putra.pampangan@gmail.com
Asal Institusi : UNSRI

7. Nama : Marlina Lasmaria Sirait (dede)
NIM : 05081002024
Tempat/Tgl. Lahir : Palembang, 26 Agustus 1990
Hobby : Menyanyi, menari dan jalan-jalan
Motto Hidup : be my self
Email : Dhephio260890_gr3eNfRo9@yahoo.com
Asal Institusi : UNSRI

8. Nama : Evan Arizona Hakim
NIM : 05081002042
Tempat/Tgl. Lahir : Bulurejo Belitang, 23 Juli 1991
Hobby : Membaca
Motto Hidup : Hidup berawal dari mimpi
Email : Evaen_arizona@yahoo.com
Asal Institusi : UNSRI

9. Nama : Muhammad Azhari
NIM : 0705101020001
Tempat/Tgl. Lahir : Bahjambi, 19 November
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Jadilah diri sendiri
Email : mmazhari83@yahoo.co.id
Asal Institusi : UNSYIAH


10. Nama : Fajri
NIM : 0705101020018
Tempat/Tgl. Lahir : Desa Gong, 27 November 1989
Hobby : Olahraga, dan jalan-jalan
Motto Hidup : tuntut ilmu ibadah
Email : Fajrimuhammadyunus@yahoo.com
Asal Institusi : UNSYIAH

11. Nama : Fajar Surya Wibowo
NIM : 05081002007
Tempat/Tgl. Lahir : Muara payang, 5 Februari 1990
Hobby : Organisasi dan Berenang
Motto Hidup : Tanpa ada satu maka tak akan ada dua
Email : yhi_yha@yahoo.com
Asal Institusi : UNSRI

12. Nama : Hamzan Wahid
NIM : CIB 005006
Tempat/Tgl. Lahir : Sumbawa, 14 Maret 1986
Hobby : Tracking/ Mendaki
Motto Hidup : ikhlas mengorbankan
Email : Hamzan61@yahoo.co.id
Asal Institusi : UNRAM

13. Nama : Amrullah Fiqri
NIM : CIB 0080021
Tempat/Tgl. Lahir : Beleka, 11 Juni 1990
Hobby : Musik
Motto Hidup :Lanjutkan perjuangan jangan setengah-setengah
Email :fiqrhoel@ymail.com
Asal Institusi :UNRAM

14. Nama : M. Baiatur Ridwan
NIM : CIB 008 014
Tempat/Tgl. Lahir : Mataram, 15 desember 1989
Hobby : Fotografi
Motto Hidup : Hidup Berawal Dari Mimpi
Email : chimink@live.com
Asal Institusi : UNRAM

15. Nama : Irwanto
NIM : G 211 07 043
Tempat/Tgl. Lahir : Polewali, 30 Desember 1988
Hobby : Mendaki
Motto Hidup : Awali Harimu Dengan Senyuman
Email : iwantanah07@ymail.com
Asal Institusi : UNHAS

16. Nama : Azhan Akbar
NIM : G 211 06 010
Tempat/Tgl. Lahir : Bantaeng, 23 Mei 1988
Hobby : main Bola
Motto Hidup : Mejalani Hidup Adalah Pilihan
Email : chan_borniper2@yahoo.com
Asal Institusi : UNHAS

17. Nama : Rezki Arham AR
NIM : G 211 06 008
Tempat/Tgl. Lahir : Takalar, 9 September 1987
Hobby : Olahraga
Motto Hidup : Berbuatlah yang terbaik
Email : eqyrock@ymail.com
Asal Institusi : UNHAS

18. Nama : Cendi Mulia Pratama
NIM : 05081002025
Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Enim, 25 Juni 1990
Hobby :
Motto Hidup : Talk Less do More
Email : cendi_himiltaunnsri@rocketmail.com
Asal Institusi : UNSRI









19. Nama : Sarif Robo
NIM : 041 509 014
Tempat/Tgl. Lahir : Ternate, 20 Februari 1990
Hobby : Nonton film, baca komik
Motto Hidup : hari ini kebih baik dari yang kemarin
Email : sarifrobo@yahoo.co.id
Asal Institusi : UNKHAIR

20. Nama : Risda Valentina Sitanggang
NIM : 0706111994
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 14 Januari 1989
Hobby : Jalan-jalan dan membaca
Motto Hidup : Kegagalan adalah kunci dari keberhasilan
Email : Valentina_4ks@yahoo.co.id
Asal Institusi : Universitas Riau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

isu global, pemanasan global, global warming, strategi mengurangi global warming, efek rumah kaca, tanaman padi, tanah sawah, CO2, CH4, N2O,

budidaya, kelapa sawit, produksi kelapa sawit, jenis kelapa sawit, pertumbuhan kelapa sawit, permasalahan kelapa sawit, tanaman perkebunan

kelapa sawit, budidaya kelapa sawit, elaeis jack, pemupukan