jurnal, karya tulis, mineral, kristalografi, bahan induk

PENDAHALUAN
Klasifikasi bahan induk akan memberikan informasi tingkat kesuburan tanah asli. Analisis mineral tanah menggambarkan langsung komposisi mineral primer. Penentuan komposisi mineral primer menggunakan miksroskop polarisasi ( fraksi tanah berukuran 50-200 mn). Fraksi < 50 mn menggunakan alat sinar x. Batuan diklasifikasikan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf (Sutanto, 2005).
Batuan terkonsolidasi bukan bahan induk yang benar tetapi bertindak sebagai sumber untuk bahan induk. Pembentukan tanah mungkin dimulai segera setelah pengendapan abu gunung berapi, tetapi harus menunggu penguraian fisik batuan keras ditempat yang granitnya terbuka (Hanafiah, 2005).
Konsep pedologi menjelaskan tanah (soil) berdasarkan proses pembentukan dari bahan batuan induk, faktor-faktor pembentuk tanah dan genesanya. Secara umum proses ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keadaan bahan induk akan mempunyai efek yang menentukan pada sifat-sifat tanah muda dan mungkin menumbuhkan pengaruh terhadap tanah tertua sekalipun. Ditempat yang bahan induknya berasal dari batuan terkonsolidasi pembentukan bahan induk dan tanah mungkin terjadi bersamaan (Foth,1994).
Dengan mengetahui bahan induk suatu jenis tanah akan segera dapat dibuat tafsiran tentang proses pembentukan tanahnya serta beberapa sifat penting lainnya. Sebagai contoh dapat dikemukakannya bahwa tanah yang berasal dari batuan balsatis akan banyak mengandung unsur kapur (Ca), fosfat (P), dan besi (Fe) dibandingkan dengan tanah yang berasal dari batuan volkanis yang asam (Poerwowidodo, 1991).
Pelapukan Genesis Tanah
Batuan/ Mineral Bahan Induk Tanah (Soil)
(Musa, dkk, 2006).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami bahan induk tanah dengan berbagai peta Geologi.
Kegunaan Percobaan
Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah :
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Praktikum Mineralogi dan Kristalografi Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak yang membutuhkan






TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi mineral bahan induk mempunyai pengaruh banyak pada cirri-ciri profil yang terjadi, paling sedikit sampai tanah itu menjadi sangat tua. Apabila bahan mengandung banyak mineral alumunium silikat yang terombak relatif lebih rendah akan terbentuk banyak tanah liat. Dalam kondisi yang cocok sebagian tanah liat akan tertimbun di horizon , dengan demikian membentuk tanah bawah yang bertekstur halus. Sebaliknya bila bahan induk tersusun hamper seluruhnya dari mineral yang terkikis secara lambat akan terbentuk sedikit tanah liat atau sedikit penimbunan tanah liat pada horizon B (Hasibuan, 2006).
Selama tahap awal pembentukan tanah, penguraian batuan mungkin membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah. Ditempat yang laju penguraian batuannya melebihi laju pembuangan bahan oleh erosi tanah yang produktif dengan solum yang tebal mungkin berkembang dari hamparan batuan (Foth, 1994).
Ada 5 kategori umum bahan induk tanah yaitu:
a. Mineral dan Batuan
b. Deposit Glasial
c. Deposit Loes
d. Deposit Alluvial dan Marine
e. Deposit Organik
(Sopher and Braid, 1982).
Tanah-tanah terbentuk secara sendiri tanpa ada faktor-faktor pembentuknya. Ada lima faktor pembentuk tanah yaitu:
a. Iklim
b. Bahan Induk
c. Organisme
d. Topografi
e. Waktu
(Hasibuan, 2006).
Sifat bahan induk tanah didaerah lembab mungkin masih besar pengaruhnya pada ciri tanah, bahkan gerakan air kebawah sebagian besar dikendalikan oleh tekstur tanah. Susunan kimia dan mineralnya sering tidak hanya menentukan besar gaya pelapukan, tetapi juga kadang-kadang menentukan vegetasi aslinya (Buckman and Brady, 1982).
Bahan angkutan berdasarkan jenis pembawanya dipilah menjadi 4 golongan yaitu:
Angkutan air menghasilkan endapan alluvial, lakustrin dan marine
a. Angkutan angina menghasilkan endapan Aeolian yang membentuk bukit pasir dan endapan loes yang terbentuk menyusul periode akhir glacial
b. Angkutan gravitasi menghasilkan endapan kolluvial
c. Angkutan es menghasilkan endapan glasial
(Hanafiah, 2005).
Unsur hara mikro dan makro kecuali nitrogen berasal dari hancuran bahan induk tanah (batuan). Semua unsur tanah tersimpan rapi dalam batuan dan dapat diserap tanaman jika unsur tersebut terlepas dari dalam batuan dan berada dalam bentuk ion. Batuan yang berfungsi sebagai bahan induk tanah dapat melepaskan unsur haranya jika batuan tersebut mengalami pelapukan baik secara fisik maupun kimia, kemudian larut dalam air menjadi bentuk yang dapat diserap akar tanaman (Munir, 1996).
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamorf tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamorf. Pengaruh bahan-bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda dewasa namun dalam perkembangannya menjadi proses pelapukan lebih lanjut apabila mengalami pelindian atau erosi berat maka pengaruhnya ini makin tidak jelas bahkan dapat hilang sama sekali (Hanafiah, 2005).
Klasifikasi bahan induk akan memberikan informasi tingkat kesuburan tanah asli. Analisis mineral tanah menggambarkan langsung komposisi mineral primer. Penentuan komposisi mineral primer menggunakan miksroskop polarisasi ( fraksi tanah berukuran 50-200 mn). Fraksi < 50 mn menggunakan alat sinar x. Batuan diklasifikasikan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf (Sutanto, 2005).







BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Mineralogi dan Klasifikasi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada hari sabtu tanggal 6 Februari 2010 pukul 13.00-15.00 WIB.
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
- Peta Geologi Sumatera Utara sebagai objek pengamatan
Adapun alat yang digunakan adalah :
- Crayon sebagai alat mewarnai
- Pulpen untuk menulis data

Prosedur Percobaan
- Diambil peta geologi Sumatera Utara
- Diwarnai peta tersebut berdasarkan jenis bahan induknya
- Diperoleh hasil




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
NO Bahan Induk Daerah
1 Aluvium Disepanjang pantai timur Sumatera
2 Andesit Muda Di Kabupaten Karo dan sebagian Kabupaten Deli Serdang, Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal
3 Andesit Tua Di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan
4 Tuff Liparit Di Kabupaten Tobasa, Humbalas, Simalungun, Tapanuli Utara, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Langkat
5 Tertiarry Di Kabupaten Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Langkat, Tapanuli Tengah
6 Pretiarry Di Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Dairi, Langkat

Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa bahan induk Sumatera Utara terdiri dari 6 jenis yaitu alluvium, andesit muda, andesit tua, tuff liparit, tertiary, dan pretertiary.
Berbagai jenis batuan yang merupakan bahan asal tanah dan berdasarkan pengelompokan geologi tanah Deli ini dibagi atas tanah alluvial dan tanah residuer. Tanah residuer terdiri dari tanah liparitis, tanah desitis dan tanah andesitis.
Bentukan volkanisme di Sumatera Utara terdiri dari bahan volkan yang berupa tuf liparit sebagai hasil dari erupsi gunung Toba setelah formasi tuf liparit menyusul kemudian secara berturut-turut erupsi dari komplek gunung Sibayak yang berupa tuf dasit dan erupsi kompleks gunung semilir yang menghasilkan bahan dasito liparit dan yang terakhir erupsi dari kompleks Sibayak lagi yang menghasilkan lahar desito andesit. Hal ini sesuai dengan literatur Munir (1996) yang menyatakan bahwa andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam, bentuk aliran , sill, teras gunung berapi, bahan intrusi lain yang kecil dan juga sebagai piroklastik.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil berdasarkan peta geologi Sumatera Utara bahwa jenis bahan induk yang terbentuk di Sumatera Utara adalah alluvium, andesit muda, andesit tua, tuff liparit tertiary dan pretertiarry. Dapat dilihat bahwa dengan jenis bahan induk yang berbeda-beda tetapi dapat membentuk jenis tanah bahan induk yang berbeda-beda dapat membentuk jenis tanah yang sama pula. Bahan induk juga akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia pada tanah yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa jenis bahan induk juga akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamorf.
Hubungan bahan induk terhadap sifat tanah antara lain tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung terhadap tekstur tanah muda. Bahan induk pasir menghasilkan tanah muda yang berpasir juga. Bahan induk dengan tekstur halus membentuk tanah dengan bahan organik yang lebih tinggi daripada bahan induk yang bertekstur kasar.
Hubungan bahan induk dengan tanah yaitu bahan induk tanah yang berbeda-beda dapat membentuk jenis tanah yang berbeda pula bahan induk juga akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia pada tanah yang terbentuk karena bahan induk tanah mempunyai jenis mineral yang berbeda-beda, misalnya liparit mempunyai sifat masam sehingga tanah yang mengandung bahan induk ini akan bersifat masam juga. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa jenis bahan induk juga menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk.
Hubungan bahan induk dengan kimia tanah ialah di setiap bahan induk terdapat mineral-mineral, mineral-mineral tersebut semakin besar dibutuhkan tanaman. Mineral-mineral tersebut merupakan sumber unsur hara kecuali unsur hara N. Adapun proses dari pelapukan batuan induk menjadi bentuk kation atau anion yang dapat diserap tanaman adalah proses oksidasi. Proses oksidasi merupakan suatu proses reaksi geokimia penting yang terjadi pada batuan bercerai baik dan bahan tanah dimana pemakaian oksigen tinggi.
Proses pembentukan bahan induk dari batuan (R) ke C disebut pelapukan geokimia, dimana prosesnya terdiri dari 3 yaitu oksidasi adalah reaksi geokimia penting yang terjadi pada batuan bercerai baik dan bahan tanah dimana pemakaian oksigen tinggi. Reduksi terjadi pada bahan jenuh air sehingga batu meretak dan mineralnya lepas. Hidrasi terjadi pengikatan ion H+ pada struktur kristal di batuan, ini terjadi pada kasus mineral anyhydrit menjadi gypsum.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diperoleh bahan induk Sumatera Utara terdiri dari 6 jenis yaitu:
1. Alluvium terdapat di daerah sepanjang pantai timur Sumatera
2. Andesit Muda terdapat di Kabupaten Karo dan sebagian Kabupaten Deli Serdang, Tapanuli Selatan dan Mandailing natal
3. Andesit Tua terdapat di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan
4. Tuff Liparit terdapat di daerah di Kabupaten Tobasa, Humbalas, Simalungun, Tapanuli Utara, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Langkat
5. Tertiarry terdapat di daerah Kabupaten Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Langkat, Tapanuli Tengah
6. Pretertiary terdapat di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Dairi, Langkat

Saran
Sebelum praktikan mewarnai peta terlebih dahulu, sebaiknya pengeplatan terhadap masing-masing peta, agar pada peta tidak terjadi kesalahan pada penempatan bahan induk dengan wilayahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O and N.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan : S. Adisoemarto. Erlangga: Jakarta

Hanafiah, K.A., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Hasibuan, B.E., 2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. USU. Medan

Munir, M. 1996., Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya: Jakarta.

Musa, L., Mukhlis., dan A. Rauf., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara: Medan.

Poerwowidodo., 1991. Genesa Tanah Proses Genesa dan Morfologi. Rajawali Pers. Jakarta

Sopher, C.D and Jack V.Baird., 1982. Soils and Soil Management. Reston Publishing Company, Inc. Virginia

Sutanto, R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

isu global, pemanasan global, global warming, strategi mengurangi global warming, efek rumah kaca, tanaman padi, tanah sawah, CO2, CH4, N2O,

budidaya, kelapa sawit, produksi kelapa sawit, jenis kelapa sawit, pertumbuhan kelapa sawit, permasalahan kelapa sawit, tanaman perkebunan

kelapa sawit, budidaya kelapa sawit, elaeis jack, pemupukan